Senin, 30 April 2012

MOTIVASI BERPRESTASI BELAJAR


Motivasi Berprestasi

  

 Oleh: Dian Apendiani
Motivasi Berprestasi merupakan bekal untuk meraih sukses. Sukses  berkaitan dengan perilaku 'produktif dan selalu memperhatikan / menjaga 'kualitas' produknya. Motivasi berprestasi merupakan konsep personal yang inheren yang merupakan faktor pendorong untuk meraih atau mencapai sesuatu yang diinginkannya agar meraih kesuksesan. Untuk mencapai kesuksesan tersebut  setiap orang mempunyai hambatan-hambatan yang berbeda, dan dengan memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, diharapkan hambatan-hambatan tersebut akan dapat diatasi dan kesuksesan yang dinginkan dapat diraih.
Dengan memiliki motivasi berprestasi maka akan muncul kesadaran bahwa dorongan untuk selalu mencapai kesuksesan (perilaku produktif dan selalu memperhatikan kualitas) dapat menjadi sikap dan perilaku permanen pada diri individu. Motivasi berprestasi akan dapat mendobrak building block ketahanan individu dalam menghadapi tantangan hidup  sehingga mencapai kesuksesan.
Pendahuluan
Weiner (1985) seorang ahli psikologi dari Amerika Serikat mengemukakan bahwa hal-hal yang menyebabkan kegagalan atau kesuksesan adalah : (1) usaha, (2) kemampuan. (3) orang lain, (4) emosi, (5) tingkat kesulitan tugas, dan (6) keberuntungan.    Berkaitan dengan usaha dan kemampuan, Bendura (1992) mengemukakan bahwa bila seseorang memiliki rasa yang kuat tentang kemampuan dirinya (self efficacy), maka akan mendesak usaha yang lebih besar untuk menyelesaikan tugas-tugas yang menantang dari pada orang yang memiliki keraguan diri akan kemampuannya. Adanya perasaan mampu (untuk berprestasi) yang dimiliki oleh seseorang, akan memberikan kontribusi yang sangat besar pada aspek percaya diri, yaitu bahwa ia akan merasa yakin dengan kemampuannya untuk dapat mencapai suatu prestasi tertentu.
Setiap manusia mempunyai tingkat kesulitan dan  hambatan yang berbeda dalam mencapai apa yang diinginkan.  Secara umum kesulitan dan hambatan yang dihadapi manusia terdiri dari : (1) kesulitan masyarakat, yaitu : kesulitan yang dirasakan oleh semua lapisan masyarakat, misal : krisis ekonomi; (2) kesulitan di tempat tinggal / kerja / sekolah, yaitu : kesulitan yang dirasakan oleh orang-orang di kalangan terbatas, misal : kebijakan pimpinan kantor; (3) kesulitan individu, yaitu : kesulitan yang muncul sebagai akibat mengalirnya kesulitan masyarakat dan kesulitan di tempat kerja, misal : sulit mencari pekerjaan.
Motivasi berprestasi adalah daya dorong yang terdapat dalam diri seseorang sehingga orang tersebut berusaha untuk melakukan sesuatu tindakan / kegiatan dengan baik dan berhasil dengan predikat unggul (excellent); dorongan tersebut dapat berasal dari dalam dirinya atau berasal dari luar dirinya. Mc.Cleland berpendapat bahwa pada intinya setiap manusia mempunyai 3 jenis motivasi sosial, yaitu : (1) motivasi berprestasi; (2) motivasi untuk berkuasa; dan (3) motivasi untuk berafiliasi. Dua dari ke-tiga motivasi tersebut obyeknya adalah berkaitan dengan manusia lain yang ada di lingkungannya, kecuali motivasi berprestasi yang berpijak pada dirinya sendiri. Untuk dapat membangun motivasi berprestasi, maka perlu mengetahui siapa dirinya dalam hubungannya dengan orang lain dimana mereka terlibat.
Motivasi, meskipun merupakan variabel yang penting dari prestasi / keberhasilan, bukanlah satu-satunya faktor. Sebagaimana dikemukakan diatas terdapat variabel-variabel lain seperti : usaha, kemampuan, emosi, orang lain dan keberuntungan. Pokok bahasan dalam makalah ini mencakup : (1) motivasi dan pengembangan (2) konsep diri; (3) kemampuan diri dan berfikir kreatif; (4) pengembangan dan analisis diri; (5) Motivasi Berprestasi kaitannya dengan belajar.
Motivasi
Motivasi merupakan kata yang berasal dari bahasa Latin, ”movere” yang artinya bergerak (Satiadarma, 2000). Alderman (dikutip dalam Satiadarma, 2000), mengatakan bahwa ”motivasi sebagai suatu kecenderungan untuk berperilaku secara selektif ke suatu arah tertentu yang dikendalikan oleh adanya konsekuensi tertentu, dan perilaku tersebut akan bertahan sampai sasaran perilaku dapat dicapai” (h. 71). Sifat selektif dalam berperilaku berarti individu membuat keputusan mengenai tindakannya yang mempunyai suatu arah tujuan tertentu. Gage dan Berliner (dikutip dalam Djiwandono, 2006) menyamakan motivasi seperti mesin (intensitas) dan kemudi (direction) sebuah mobil. Motivasi melibatkan proses di mana energi, langsung, dan tingkah laku didorong. Dapat disimpulkan motivasi adalah suatu hal yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu atau mendapatkan sesuatu. Menurut Maslow (dikutip dalam Gunarsa, 2008), setiap perilaku manusia didasari sumber yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan.
     Dimensi motivasi menurut Weinberg dan Gould (dikutip dalam Satiadarma, 2000) terbagi menjadi tiga, yaitu: (a) dari dalam diri individu, sumber motivasi berasal dari diri sendiri; (b) lingkungan atau situasional, lingkungan harus memberikan kesempatan bagi individu untuk mengembangkan motivasinya; dan (c) interaksional, adanya kombinasi antara faktor pelaku dan faktor lingkungan. Selain ketiga dimensi tersebut dikenal juga adanya motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik merupakan suatu dorongan atau keinginan kuat yang berasal dari dalam diri seseorang. Jenis motivasi ini merupakan bawaan atau kepribadian yang ada di dalam diri individu sejak lahir (Gunarsa, 2008). Adisasmito (2007) mengatakan bahwa motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang ditimbulkan dari berbagai sumber yang ada di luar diri, misalnya dengan lingkungan, penonton reward atau punishment.
     Reward dan punishment dapat mempengaruhi motivasi seseorang. Saat seseroang mendapat imbalan atas keberhasilan yang didapatnya maka hal tersebut akan memacu seseorang untukberprestasi. Imbalan perlu diperhatikan apakah masih cukup kuat atau justru melemah daya tariknya. Hukuman sering digunakan untuk menyadarkan tingkah laku yang salah. Dalam Gould dan Weinberg (2007), disebutkan bahwa motivasi ekstrinsik berasal dari orang lain atau dari luar, dapat bersifat positif atau negatif.
Motivasi Berprestasi
     Menurut Murray (dikutip dalam Gould & Weinberg, 2007), motivasi berprestasi adalah ”a person’s efforts to master a task, achieve exellence, overcome obstacles, perform better than others, and take pride in exercising talent” (h. 61). Motivasi dapat juga diartikan sebagai usaha seseorang untuk menguasai tugasnya, mencapai kesuksesan, mengatasi rintangan, penampilan yang lebih baik dari orang lain, dan mendapatkan penghargaan atas bakatnya.  Gill (dikutip dalam Gould & Weinberg, 2007), menyatakan bahwa ”achievement motivation is a person’s orientation to strive for task success, persist in the face of failure, and experience pride in accomplishment” (h. 61). Dalam hal ini motivasi berprestasi diartikan sebagai orientasi individu untuk berusaha mencapai kesuksesan, bertahan saat gagal, dan mendapatkan penghargaan saat mencapai prestasi. Hal ini disebabkan individu merasa bangga untuk mampu menyelesaikan tugasnya dengan sebaik mungkin (Satiadarma, 2001).
     Satiadarma (2001), menyebutkan ada empat jenis motivasi, yaitu: (a) achievement motivation, (b) power motivation, (c) effectance motivation, dan (d) self-actualization motivation. Cox (dikutip dalam Satiadarma, 2000) menyatakan bahwa, dalam diri individu terdapat kebutuhan untuk berprestasi yang dikenal sebagai achievement motivation. Pada motivasi ini ada dua orientasi, yaitu ego-oriented dan mastery oriented. Individu yang berorientasi pada ego cenderung untuk mempersepsi kemenangan berdasarkan kesuksesan atau kemampuan untuk mengungguli orang lain. Pada mastery oriented atau penguasaan keterampilan maka individu merasakan kepuasan melalui keterlibatan atau partisipasi dalam suatu kegiatan. Motivasi untuk berprestasi berbeda dengan kebutuhan untuk berprestasi. Individu yang mempunyai kebutuhan untuk berprestasi tetapi tidak memiliki motivasi tidak akan menghasilkan apapun (Satiadarma, 2000).
     Power motivation merupakan suatu motivasi yang berorientasi atau bertujuan untuk menguasai orang lain. Individu dengan motivasi ini akan merasa puas apabila telah memiliki kekuasaan terhadap orang lain. Motivasi untuk bertindak secara kompeten dalam menghadapi situasi yang ada merupakan motivasi berdasarkan effectance motivation. Individu yang mempunyai motivasi ini akan merasa puas apabila mampu menyelesaikan masalah yang ada dalam suatu situasi dengan sebaik mungkin. Untuk individu yang memiliki motivasi untuk mengaktualisasi diri disebut memiliki self-actualization motivation (Satiadarma, 2000). Menurut Maslow (dikutip dalam Santrock, 2008), self-actualization motivation adalah dorongan yang dimiliki untuk berkembang dengan potensi yang penuh sebagai manusia.
     Menurut Elliot dan Church (dikutip dalam Lahey, 2007) ada tiga elemen penting dalam motivasi berprestasi. Pertama, menguasai tujuan. Orang yang menguasai tujuan akan termotivasi secara intrinsik untuk mempelajari informasi yang baru dan menarik. Kedua, pendekatan pelaksanaan tujuan. Orang yang memiliki pendekatan pelaksanaan tujuan tinggi bermotivasi untuk melakukan yang terbaik untuk mendapatkan rasa hormat dari orang lain. Ketiga pendekatan menjauhi tujuan. Orang yang tinggi pada area ini bermotivasi untuk bekerja keras agar dapat menghindari hasil yang buruk. Ketiga hal tersebut membantu individu untuk sukses dengan hasil akhir yang berbeda-beda. Pada umumnya, individu yang menguasai tujuan mereka sangat menikmati proses mencapai tujuannya dibandingkan hasilnya (Lahey, 2007).
     Menurut McClelland (dikutip dalam Beck, 2000) motivasi berprestasi adalah dorongan seseorang untuk sukses atau berhasil dalam kompetisi dengan ukuran keunggulan berupa prestasi orang lain maupun prestasi sebelumnya. Motivasi berprestasi adalah motif yang mendorong individu untuk berpacu dengan ukuran keunggulan. Adapun ukuran keunggulan itu dapat berupa diri sendiri, orang lain, atau kesempurnaan tugas (Beck, 2000).
Berprestasi, baik itu prestasi dalam bidang pekerjaan, pendidikan, sosial, seni, politik, budaya dan lain-lain adalah keinginan setiap orang. Dengan adanya prestasi yang pernah diraih oleh seseorang akan menumbuhkan suatu semangat baru untuk menjalani aktifitas. Pengertian prestasi menurut Murray (dalam J. Winardi, 2004) adalah ”...Melaksanakan tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi atau mengorganisasi objek-objek fiskal, manusia  atau ide-ide untuk melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin dan seindependen mungkin sesuai kondisi yang berlaku. Mencapai perporman puncak untuk diri sendiri. Mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil”.
Pengertian kebutuhan untuk berprestasi menurut McClelland (dalam Alex Sabur, 2003:285) adalah suatu daya dalam mental manusia untuk melakukan suatu kegiatan yang lebih baik, lebih cepat, lebih efektif, dan lebih efisien daripada kegiatan yang dilaksanakan sebelumnya. Ini disebabkan oleh virus mental.
Dari pendapat tersebut Alex Sabur mengartikan bahwa  dalam psikis manusia, ada daya yang mampu mendorongnya ke arah suatu kegiatan yang hebat sehingga dengan daya tersebut, ia dapat mencapai kemajuan yang teramat cepat. Daya  pendorong tersebut dinamakan virus mental, karena apabila berjangkit di dalam jiwa manusia, daya tersebut akan berkembang biak dengan cepat. Dengan kata lain, daya tersebut akan meluas dan menimbulkan dampak dalam kehidupan.
McClelland juga berpendapat tentang motivasi berprestasi. McClelland dan Atkinson (1953:75) menyebutkan  bahwa setiap orang mempunyai tiga motif  yakni motivasi berprestasi (achievement motivation), motif bersahabat (affiliation motivation) dan motif berkuasa (power motivation). Dari ketiga motif itu dalam penelitian ini akan difokuskan pada motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi dapat untuk bekerja dan belajar.
Menurut  McClelland dan Atkinson (1953:78) bahwa Achiement motivation should be characterzed by high hopes of success rather than by fear of failure  artinya motivasi berprestasi merupakan ciri seorang yang mempunyai harapan tinggi untuk mencapai keberhasilan dari pada ketakutan kegagalan. Selanjutnya dinyatakan McClelland (1953:78) bahwa motivasi berprestasi merupakan kecenderungan seseorang dalam mengarahkan dan mempertahankan tingkah laku untuk mencapai suatu standar prestasi. Pencapaian standar prestasi digunakan oleh siswa untuk menilai kegiatan yang pernah dilakukan. Siswa yang menginginkan prestasi yang baik akan menilai apakah kegiatan yang dilakukannya telah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Ahli lain yakni Gellerman (1963: 67) menyatakan bahwa orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi akan sangat senang kalau ia berhasil memenangkan suatu persaingan. Ia berani menanggung segala resiko sebagai konsekwensi dari usahanya untuk mencapai tujuan. Sedangkan motivasi berprestasi menurut Tapiardi (1996:105) adalah sebagai suatu cara berfikir tertentu apabila terjadi pada diri seseorang cenderung membuat orang itu bertingkah laku secara giat untuk meraih suatu hasil atau prestasi.
Dari pendapat di atas dapat di pahami bahwa dengan adanya motivasi berprestasi dalam diri individu akan menumbuhkan jiwa kompetisi yang sehat, akan menumbuhkan individu-individu yang bertanggung jawab dan dengan motivasi berprestasi yang tinggi juga akan membentuk individu menjadi pribadi yang kreatif.
Komarudin (1994) menyebutkan bahwa motivasi berprestasi meliputi pertama kecenderungan atau upaya untuk berhasil atau mencapai tujuan yang dikehendaki; kedua keterlibatan ego individu dalam suatu tugas; ketiga harapan suatu tugas yang terlihat oleh tanggapnya subyek; keempat motif untuk mengatasi rintangan atau berupaya berbuat sesuatu dengan cepat dan baik.

Aspek Motivasi Berprestasi
 McClelland (dalam Marwisni Hasan 2006)  menyatakan bahwa orang yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:  
1.             Mempunyai tanggung jawab pribadi.
Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi akan melakukan  tugas sekolah atau bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Siswa yang bertanggung jawab terhadap pekerjaan akan  puas dengan hasil pekerjaan karena merupakan hasil usahanya sendiri.
2.             Menetapkan nilai yang akan dicapai atau menetapkan standar unggulan.
Siswa menetapkan nilai yang akan dicapai. Nilai itu lebih tinggi  dari nilai  sendiri (internal) atau lebih tinggi dengan nilai yang dicapai oleh orang lain (eksternal). Untuk mencapai nilai yang sesuai dengan  standar keunggulan, siswa harus menguasai secara tuntas materi pelajaran.
3.             Berusaha bekerja kreatif.
Siswa yang bermotivasi tinggi, gigih dan giat mencari cara yang kreatif untuk menyelesaikan  tugas sekolahnya. Siswa mempergunakan beberapa cara belajar yang diciptakannya sendiri, sehingga siswa lebih menguasai materi pelajaran dan akhirnya memperoleh prestasi yang tinggi.
4.             Berusaha mencapai cita-cita
Siswa yang mempunyai cita-cita akan berusaha sebaik-baiknya dalam belajar atau mempunyai motivasi yang tinggi dalam belajar. Siswa akan rajin mengerjakan tugas, belajar dengan keras, tekun dan ulet dan tidak mundur waktu belajar. Siswa akan mengerjakan tugas sampai selesai dan bila mengalami kesulitan ia akan membaca kembali bahan bacaan yang telah diterangkan guru, mengulangi mengerjakan tugas yang belum selesai. Keberhasilan  pada setiap kegiatan sekolah dan memperoleh hasil yang baik akan memungkinkan siswa mencapai cita-citanya.
5.             Memiliki tugas yang moderat.
Memiliki tugas yang moderat yaitu memiliki tugas yang tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Siswa dengan motivasi berpretasi yang tinggi, yang harus mengerjakan tugas yang sangat sukar, akan tetapi mengerjakan tugas tersebut dengan membagi tugas menjadi beberapa bahagian,  yang tiap bagian lebih mudah menyelesaikanya.
6.             Melakukan kegiatan sebaik-baiknya
Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi akan melakukan semua kegiatan  belajar sebaik mungkin  dan tidak ada kegiatan lupa di kerjakan. Siswa membuat kegiatan belajar dari mentaati jadwal tersebut. Siswa selalu mengikuti kegiatan belajar dan mengerjakan  soal-soal latihan walaupun tidak disuruh guru serta memperbaiki tugas yang salah. Siswa juga akan  melakukan kegiatan belajar jika ia mempunyai buku pelajaran dan perlengkapan belajar yang dibutuhkan dan melakukan kegiatan belajar sendiri atau bersama secara berkelompok.
7.             Mengadakan antisipasi.
Mengadakan atisipasi maksudnya melakukan kegiatan untuk menghindari kegagalan atau kesulitan yang mungkin terjadi. Antisipasi dapat dilakukan siswa dengan menyiapkan semua keperluan atau peralatan sebelum  pergi ke sekolah. Siswa datang ke sekolah lebih cepat dari jadwal belajar  atau jadwal ujian, mencari soal atau jawaban untuk latihan. Siswa menyokong persiapan belajar yang perlu dan membaca materi pelajaran  yang akan di berikan guru pada hari berikutnya.
Pentingnya Motivasi Berprestasi
Sepanjang masa kehidupan, yaitu sejak masa kanak-kanak hingga masa dewasa seseorang selalu punya harapan atau cita-cita. Antara individu yang satu dengan yang lainnya belum tentu mempunyai harapan atau cita-cita yang sama. Misalnya waktu seseorang menginginkan menjadi seorang dokter, tapi setelah dewasa menginginkan menjadi orang yang sukses dan kaya. Salah satu faktor yang berperan dalam mewujudkan cita-cita adalah motif berprestasi atau motivasi berprestasi.
Seseorang yang mempunyai motivasi yang tinggi maka dia akan berusaha melakukan yang terbaik, memiliki kepercayaan terhadap kemampuan untuk bekerja mandiri dan bersikap optimis, memiliki ketidakpuasan terhadap prestasi yang telah diperoleh serta mempunyai tanggung jawab yang besar atas perbuatan yang dilakukan sehingga seseorang yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi pada umumnya lebih berhasil dalam menjalankan tugas dibandingkan dengan mereka yang memiliki motif berprestasi yang rendah.
Pada jaman dahulu, motivasi berprestasi pada remaja pada umumnya sangat tinggi karena pada jaman dahulu fasilitas-fasilitas umum tidak selengkap saat ini. Belum banyaknya sarana-sarana dan tempat-tempat hiburan yang banyak didatangi para remaja sebagai tempat bergaul seperti halnya pada keadaan jaman dulu juga menyebabkan mereka lebih memfokuskan diri dan berkosentrasi pada pelajaran sehingga motivasi berprestasi mereka jauh lebih tinggi bila dibandingkan pada saat ini dimana fasilitas-fasilitas umum semakin banyak sehingga remaja lebih banyak menghabiskan waktunya hanya untuk bersenang-senang atau mungkin hanya untuk sekedar bergaul dengan teman.
Untuk mendapatkan sesuatu jauh lebih sulit dibandingkan dengan saat ini, dimana remaja lebih mudah mendapatkan semua yang diinginkannya karena semakin canggihnya teknologi. Hal ini bisa terjadi karena adanya pengaruh, dalam hal ini teman. Atau mungkin keluarga tidak memberikan perhatian dan dorongan terhadap prestasi remaja, keluarga kurang menghargai prestasi yang diraih oleh remaja sehinga mereka merasa prestasi yang diraihnya hanyalah sia-sia. Selain itu mungkin keluarga hanya memanjakan remaja dengan uang sehingga mereka berpikir tidak perlu berusaha keras untuk mendapatkan uang karena mereka bisa mengandalkan pada orang tua, yang akhirnya menyebabkan motivasi berprestasi mereka rendah. Oleh karena itu kita diharapkan mampu meningkatkan motivasi berprestasi secara efektif dan efisien.
Daftar Pustaka

Chaplin, J. P. (Ed.). (1995). Kamus lengkap psikologi (K. Kartono, Penerj.). Jakarta: RajaGrafindo Persada. (Karya asli dipublikasikan 1968).
Djiwandono, S. E. W. (2006). Psikologi pendidikan. Jakarta: Grasindo.
Gould, D., & Weinberg, R. S. (2007). Foundations of sport and exercive psychology (4th edition). Champaign, IL: Human Kinetics.
putrikristinaarisanti@yahoo.com
Santrock, J. W. (2008). Educational psychology (3rd edition). New York: McGraw-Hill.                 
Sugono, D. (Ed.). (2008). Kamus besar bahasa Indonesia pusat bahasa (edisi ke-4). Jakarta: Gramedia Pustaka.
Sudarwarti, L. (2006). Hubungan self-efficacy dan motivasi berprestasi terhadap prestasi atlet pelatnas Cipayung. Skripsi, Universitas Indonesia, Depok.
Sugono, D. (Ed.). (2008). Kamus besar bahasa Indonesia pusat bahasa (edisi ke-4). Jakarta: Gramedia Pustaka.
Tizzi Maharani. Majalah Manajer edisi Agustus 1986.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Populer