Oleh: Dian Apendiani
Motivasi Berprestasi merupakan bekal untuk meraih sukses. Sukses berkaitan dengan perilaku 'produktif dan
selalu memperhatikan / menjaga 'kualitas' produknya. Motivasi berprestasi
merupakan konsep personal yang inheren yang merupakan faktor pendorong untuk
meraih atau mencapai sesuatu yang diinginkannya agar meraih kesuksesan. Untuk
mencapai kesuksesan tersebut setiap orang mempunyai hambatan-hambatan
yang berbeda, dan dengan memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, diharapkan
hambatan-hambatan tersebut akan dapat diatasi dan kesuksesan yang dinginkan dapat
diraih.
Dengan memiliki motivasi berprestasi
maka akan muncul kesadaran bahwa dorongan untuk selalu mencapai kesuksesan
(perilaku produktif dan selalu memperhatikan kualitas) dapat menjadi sikap dan
perilaku permanen pada diri individu. Motivasi berprestasi akan dapat mendobrak
building block ketahanan individu dalam menghadapi tantangan
hidup sehingga mencapai kesuksesan.
Pendahuluan
Weiner (1985) seorang ahli psikologi dari Amerika
Serikat mengemukakan bahwa hal-hal yang menyebabkan kegagalan atau kesuksesan
adalah : (1) usaha, (2) kemampuan. (3) orang lain, (4) emosi, (5) tingkat
kesulitan tugas, dan (6) keberuntungan. Berkaitan dengan
usaha dan kemampuan, Bendura (1992) mengemukakan bahwa bila seseorang memiliki
rasa yang kuat tentang kemampuan dirinya (self efficacy), maka akan mendesak usaha yang lebih besar untuk
menyelesaikan tugas-tugas yang menantang dari pada orang yang memiliki keraguan
diri akan kemampuannya. Adanya perasaan mampu (untuk berprestasi) yang dimiliki
oleh seseorang, akan memberikan kontribusi yang sangat besar pada aspek percaya
diri, yaitu bahwa ia akan merasa yakin dengan kemampuannya untuk dapat mencapai
suatu prestasi tertentu.
Setiap manusia mempunyai tingkat kesulitan dan hambatan yang berbeda dalam mencapai apa yang
diinginkan. Secara umum kesulitan dan
hambatan yang dihadapi manusia terdiri dari : (1) kesulitan masyarakat, yaitu :
kesulitan yang dirasakan oleh semua lapisan masyarakat, misal : krisis ekonomi;
(2) kesulitan di tempat tinggal / kerja / sekolah, yaitu : kesulitan yang
dirasakan oleh orang-orang di kalangan terbatas, misal : kebijakan pimpinan
kantor; (3) kesulitan individu, yaitu : kesulitan yang muncul sebagai akibat
mengalirnya kesulitan masyarakat dan kesulitan di tempat kerja, misal : sulit
mencari pekerjaan.
Motivasi berprestasi adalah daya dorong yang terdapat
dalam diri seseorang sehingga orang tersebut berusaha untuk melakukan sesuatu
tindakan / kegiatan dengan baik dan berhasil dengan predikat unggul (excellent); dorongan tersebut dapat berasal dari dalam dirinya atau berasal
dari luar dirinya. Mc.Cleland berpendapat bahwa pada intinya setiap manusia
mempunyai 3 jenis motivasi sosial, yaitu : (1) motivasi berprestasi; (2)
motivasi untuk berkuasa; dan (3) motivasi untuk berafiliasi. Dua dari ke-tiga
motivasi tersebut obyeknya adalah berkaitan dengan manusia lain yang ada di
lingkungannya, kecuali motivasi berprestasi yang berpijak pada dirinya sendiri.
Untuk dapat membangun motivasi berprestasi, maka perlu mengetahui siapa dirinya
dalam hubungannya dengan orang lain dimana mereka terlibat.
Motivasi,
meskipun merupakan variabel yang penting dari prestasi / keberhasilan, bukanlah
satu-satunya faktor. Sebagaimana dikemukakan diatas terdapat variabel-variabel
lain seperti : usaha, kemampuan, emosi, orang lain dan keberuntungan. Pokok
bahasan dalam makalah ini mencakup : (1) motivasi dan pengembangan (2) konsep
diri; (3) kemampuan diri dan berfikir kreatif; (4) pengembangan dan analisis
diri; (5) Motivasi Berprestasi kaitannya dengan belajar.
Motivasi
Motivasi merupakan kata yang berasal dari bahasa
Latin, ”movere” yang artinya bergerak
(Satiadarma, 2000). Alderman (dikutip dalam Satiadarma, 2000), mengatakan bahwa
”motivasi sebagai suatu kecenderungan untuk berperilaku secara selektif ke
suatu arah tertentu yang dikendalikan oleh adanya konsekuensi tertentu, dan
perilaku tersebut akan bertahan sampai sasaran perilaku dapat dicapai” (h. 71).
Sifat selektif dalam berperilaku berarti individu membuat keputusan mengenai
tindakannya yang mempunyai suatu arah tujuan tertentu. Gage dan Berliner
(dikutip dalam Djiwandono, 2006) menyamakan motivasi seperti mesin (intensitas)
dan kemudi (direction) sebuah mobil.
Motivasi melibatkan proses di mana energi, langsung, dan tingkah laku didorong.
Dapat disimpulkan motivasi adalah suatu hal yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu atau mendapatkan sesuatu. Menurut Maslow (dikutip dalam Gunarsa,
2008), setiap perilaku manusia didasari sumber yang diarahkan untuk mencapai
suatu tujuan.
Dimensi
motivasi menurut Weinberg dan Gould (dikutip dalam Satiadarma, 2000) terbagi
menjadi tiga, yaitu: (a) dari dalam diri individu, sumber motivasi berasal dari
diri sendiri; (b) lingkungan atau situasional, lingkungan harus memberikan
kesempatan bagi individu untuk mengembangkan motivasinya; dan (c)
interaksional, adanya kombinasi antara faktor pelaku dan faktor lingkungan.
Selain ketiga dimensi tersebut dikenal juga adanya motivasi intrinsik dan
ekstrinsik. Motivasi intrinsik merupakan suatu dorongan atau keinginan kuat
yang berasal dari dalam diri seseorang. Jenis motivasi ini merupakan bawaan
atau kepribadian yang ada di dalam diri individu sejak lahir (Gunarsa, 2008).
Adisasmito (2007) mengatakan bahwa motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang
ditimbulkan dari berbagai sumber yang ada di luar diri, misalnya dengan
lingkungan, penonton reward atau punishment.
Reward dan punishment
dapat mempengaruhi motivasi seseorang. Saat seseroang mendapat imbalan atas
keberhasilan yang didapatnya maka hal tersebut akan memacu seseorang
untukberprestasi. Imbalan perlu diperhatikan apakah masih cukup kuat atau
justru melemah daya tariknya. Hukuman sering digunakan untuk menyadarkan
tingkah laku yang salah. Dalam Gould dan Weinberg (2007), disebutkan bahwa
motivasi ekstrinsik berasal dari orang lain atau dari luar, dapat bersifat
positif atau negatif.
Motivasi Berprestasi
Menurut Murray (dikutip dalam
Gould & Weinberg, 2007), motivasi berprestasi adalah ”a person’s efforts to master a task, achieve exellence, overcome
obstacles, perform better than others, and take pride in exercising talent”
(h. 61). Motivasi dapat juga diartikan sebagai usaha seseorang untuk menguasai
tugasnya, mencapai kesuksesan, mengatasi rintangan, penampilan yang lebih baik
dari orang lain, dan mendapatkan penghargaan atas bakatnya. Gill (dikutip dalam Gould & Weinberg,
2007), menyatakan bahwa ”achievement
motivation is a person’s orientation to strive for task success, persist in the
face of failure, and experience pride in accomplishment” (h. 61). Dalam hal
ini motivasi berprestasi diartikan sebagai orientasi individu untuk berusaha
mencapai kesuksesan, bertahan saat gagal, dan mendapatkan penghargaan saat
mencapai prestasi. Hal ini disebabkan individu merasa bangga untuk mampu
menyelesaikan tugasnya dengan sebaik mungkin (Satiadarma, 2001).
Satiadarma (2001), menyebutkan ada empat
jenis motivasi, yaitu: (a) achievement
motivation, (b) power motivation, (c)
effectance motivation, dan (d) self-actualization motivation. Cox
(dikutip dalam Satiadarma, 2000) menyatakan bahwa, dalam diri individu terdapat
kebutuhan untuk berprestasi yang dikenal sebagai achievement motivation. Pada motivasi
ini ada dua orientasi, yaitu ego-oriented
dan mastery oriented. Individu yang
berorientasi pada ego cenderung untuk mempersepsi kemenangan berdasarkan
kesuksesan atau kemampuan untuk mengungguli orang lain. Pada mastery oriented atau penguasaan
keterampilan maka individu merasakan kepuasan melalui keterlibatan atau
partisipasi dalam suatu kegiatan. Motivasi untuk berprestasi berbeda dengan
kebutuhan untuk berprestasi. Individu yang mempunyai kebutuhan untuk berprestasi
tetapi tidak memiliki motivasi tidak akan menghasilkan apapun (Satiadarma,
2000).
Power motivation merupakan suatu motivasi yang berorientasi atau
bertujuan untuk menguasai orang lain. Individu dengan motivasi ini akan merasa
puas apabila telah memiliki kekuasaan terhadap orang lain. Motivasi untuk
bertindak secara kompeten dalam menghadapi situasi yang ada merupakan motivasi
berdasarkan effectance motivation.
Individu yang mempunyai motivasi ini akan merasa puas apabila mampu
menyelesaikan masalah yang ada dalam suatu situasi dengan sebaik mungkin. Untuk
individu yang memiliki motivasi untuk mengaktualisasi diri disebut memiliki self-actualization motivation
(Satiadarma, 2000). Menurut Maslow (dikutip
dalam Santrock, 2008), self-actualization
motivation adalah dorongan yang dimiliki untuk berkembang dengan potensi
yang penuh sebagai manusia.
Menurut Elliot dan Church
(dikutip dalam Lahey, 2007) ada tiga elemen penting dalam motivasi berprestasi.
Pertama, menguasai tujuan. Orang yang
menguasai tujuan akan termotivasi secara intrinsik untuk mempelajari informasi
yang baru dan menarik. Kedua, pendekatan
pelaksanaan tujuan. Orang yang memiliki pendekatan pelaksanaan tujuan
tinggi bermotivasi untuk melakukan yang terbaik untuk mendapatkan rasa hormat
dari orang lain. Ketiga pendekatan
menjauhi tujuan. Orang yang tinggi pada area ini bermotivasi untuk bekerja
keras agar dapat menghindari hasil yang buruk. Ketiga hal tersebut membantu individu
untuk sukses dengan hasil akhir yang berbeda-beda. Pada umumnya, individu yang
menguasai tujuan mereka sangat menikmati proses mencapai tujuannya dibandingkan
hasilnya (Lahey, 2007).
Menurut McClelland (dikutip dalam Beck,
2000) motivasi berprestasi adalah dorongan seseorang untuk sukses atau berhasil
dalam kompetisi dengan ukuran keunggulan berupa prestasi orang lain maupun
prestasi sebelumnya. Motivasi berprestasi adalah motif yang mendorong individu
untuk berpacu dengan ukuran keunggulan. Adapun ukuran keunggulan itu dapat
berupa diri sendiri, orang lain, atau kesempurnaan tugas (Beck, 2000).
Berprestasi, baik itu prestasi dalam
bidang pekerjaan, pendidikan, sosial, seni, politik, budaya dan lain-lain
adalah keinginan setiap orang. Dengan adanya prestasi yang pernah diraih oleh
seseorang akan menumbuhkan suatu semangat baru untuk menjalani aktifitas.
Pengertian prestasi menurut Murray (dalam J. Winardi, 2004) adalah ”...Melaksanakan
tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi atau mengorganisasi
objek-objek fiskal, manusia atau ide-ide untuk melaksanakan hal-hal
tersebut secepat mungkin dan seindependen mungkin sesuai kondisi yang berlaku. Mencapai perporman
puncak untuk diri sendiri. Mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain.
Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil”.
Pengertian kebutuhan untuk berprestasi
menurut McClelland (dalam Alex Sabur, 2003:285) adalah suatu daya dalam mental
manusia untuk melakukan suatu kegiatan yang lebih baik, lebih cepat, lebih
efektif, dan lebih efisien daripada kegiatan yang dilaksanakan sebelumnya. Ini
disebabkan oleh virus mental.
Dari pendapat tersebut Alex Sabur
mengartikan bahwa dalam psikis manusia, ada daya yang mampu mendorongnya
ke arah suatu kegiatan yang hebat sehingga dengan daya tersebut, ia dapat
mencapai kemajuan yang teramat cepat. Daya pendorong tersebut dinamakan
virus mental, karena apabila berjangkit di dalam jiwa manusia, daya tersebut
akan berkembang biak dengan cepat. Dengan kata lain, daya tersebut akan meluas
dan menimbulkan dampak dalam kehidupan.
McClelland juga berpendapat tentang
motivasi berprestasi. McClelland dan Atkinson (1953:75) menyebutkan bahwa
setiap
orang mempunyai tiga motif yakni motivasi berprestasi (achievement
motivation), motif bersahabat (affiliation motivation) dan motif berkuasa
(power motivation). Dari ketiga motif itu dalam penelitian
ini akan difokuskan pada motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi dapat untuk
bekerja dan belajar.
Menurut McClelland dan Atkinson
(1953:78) bahwa Achiement motivation should be characterzed by high hopes of
success rather than by fear of failure artinya motivasi berprestasi merupakan ciri
seorang yang mempunyai harapan tinggi untuk mencapai keberhasilan dari pada
ketakutan kegagalan. Selanjutnya dinyatakan McClelland (1953:78) bahwa motivasi berprestasi
merupakan kecenderungan seseorang dalam mengarahkan dan mempertahankan tingkah
laku untuk mencapai suatu standar prestasi. Pencapaian
standar prestasi digunakan oleh siswa untuk menilai kegiatan yang pernah
dilakukan. Siswa yang menginginkan prestasi yang baik akan menilai apakah
kegiatan yang dilakukannya telah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Ahli lain yakni Gellerman (1963: 67)
menyatakan bahwa orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi akan sangat
senang kalau ia berhasil memenangkan suatu persaingan. Ia berani menanggung
segala resiko sebagai konsekwensi dari usahanya untuk mencapai tujuan.
Sedangkan motivasi berprestasi menurut Tapiardi (1996:105) adalah sebagai suatu
cara berfikir tertentu apabila terjadi pada diri seseorang cenderung membuat
orang itu bertingkah laku secara giat untuk meraih suatu hasil atau prestasi.
Dari pendapat di atas dapat di pahami
bahwa dengan adanya motivasi berprestasi dalam diri individu akan menumbuhkan
jiwa kompetisi yang sehat, akan menumbuhkan individu-individu yang bertanggung
jawab dan dengan motivasi berprestasi yang tinggi juga akan membentuk individu
menjadi pribadi yang kreatif.
Komarudin (1994) menyebutkan bahwa
motivasi berprestasi meliputi pertama kecenderungan atau upaya untuk
berhasil atau mencapai tujuan yang dikehendaki; kedua keterlibatan ego
individu dalam suatu tugas; ketiga harapan suatu tugas yang terlihat
oleh tanggapnya subyek; keempat motif untuk mengatasi rintangan atau
berupaya berbuat sesuatu dengan cepat dan baik.
Aspek Motivasi
Berprestasi
McClelland (dalam Marwisni Hasan 2006)
menyatakan bahwa orang yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi,
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1.
Mempunyai tanggung jawab pribadi.
Siswa
yang mempunyai motivasi berprestasi akan melakukan tugas sekolah atau
bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Siswa yang bertanggung jawab terhadap
pekerjaan akan puas dengan hasil pekerjaan karena merupakan hasil
usahanya sendiri.
2.
Menetapkan nilai yang akan dicapai atau menetapkan standar
unggulan.
Siswa
menetapkan nilai yang akan dicapai. Nilai itu lebih tinggi dari
nilai sendiri (internal) atau lebih tinggi dengan nilai yang dicapai oleh
orang lain (eksternal). Untuk mencapai nilai yang sesuai dengan standar
keunggulan, siswa harus menguasai secara tuntas materi pelajaran.
3.
Berusaha bekerja kreatif.
Siswa
yang bermotivasi tinggi, gigih dan giat mencari cara yang kreatif untuk
menyelesaikan tugas sekolahnya. Siswa mempergunakan beberapa cara belajar
yang diciptakannya sendiri, sehingga siswa lebih menguasai materi pelajaran dan
akhirnya memperoleh prestasi yang tinggi.
4.
Berusaha mencapai cita-cita
Siswa
yang mempunyai cita-cita akan berusaha sebaik-baiknya dalam belajar atau
mempunyai motivasi yang tinggi dalam belajar. Siswa akan rajin mengerjakan
tugas, belajar dengan keras, tekun dan ulet dan tidak mundur waktu belajar.
Siswa akan mengerjakan tugas sampai selesai dan bila mengalami kesulitan ia
akan membaca kembali bahan bacaan yang telah diterangkan guru, mengulangi mengerjakan
tugas yang belum selesai. Keberhasilan pada setiap kegiatan sekolah dan
memperoleh hasil yang baik akan memungkinkan siswa mencapai cita-citanya.
5.
Memiliki tugas yang moderat.
Memiliki
tugas yang moderat yaitu memiliki tugas yang tidak terlalu sukar dan tidak
terlalu mudah. Siswa dengan motivasi berpretasi yang tinggi, yang harus
mengerjakan tugas yang sangat sukar, akan tetapi mengerjakan tugas tersebut
dengan membagi tugas menjadi beberapa bahagian, yang tiap bagian lebih
mudah menyelesaikanya.
6.
Melakukan kegiatan sebaik-baiknya
Siswa
yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi akan melakukan semua
kegiatan belajar sebaik mungkin dan tidak ada kegiatan lupa di
kerjakan. Siswa membuat kegiatan belajar dari mentaati jadwal tersebut. Siswa selalu
mengikuti kegiatan belajar dan mengerjakan soal-soal latihan walaupun
tidak disuruh guru serta memperbaiki tugas yang salah. Siswa juga akan
melakukan kegiatan belajar jika ia mempunyai buku pelajaran dan perlengkapan
belajar yang dibutuhkan dan melakukan kegiatan belajar sendiri atau bersama
secara berkelompok.
7.
Mengadakan antisipasi.
Mengadakan
atisipasi maksudnya melakukan kegiatan untuk menghindari kegagalan atau
kesulitan yang mungkin terjadi. Antisipasi dapat dilakukan siswa dengan
menyiapkan semua keperluan atau peralatan sebelum pergi ke sekolah. Siswa
datang ke sekolah lebih cepat dari jadwal belajar atau jadwal ujian,
mencari soal atau jawaban untuk latihan. Siswa menyokong persiapan belajar yang
perlu dan membaca materi pelajaran yang akan di berikan guru pada hari
berikutnya.
Pentingnya
Motivasi Berprestasi
Sepanjang masa kehidupan, yaitu sejak masa kanak-kanak
hingga masa dewasa seseorang selalu punya harapan atau cita-cita. Antara
individu yang satu dengan yang lainnya belum tentu mempunyai harapan atau
cita-cita yang sama. Misalnya waktu seseorang menginginkan menjadi seorang
dokter, tapi setelah dewasa menginginkan menjadi orang yang sukses dan kaya.
Salah satu faktor yang berperan dalam mewujudkan cita-cita adalah motif berprestasi atau motivasi berprestasi.
Seseorang yang mempunyai motivasi yang tinggi maka dia akan berusaha melakukan yang terbaik,
memiliki kepercayaan terhadap kemampuan untuk bekerja mandiri dan bersikap
optimis, memiliki ketidakpuasan terhadap prestasi
yang telah diperoleh serta mempunyai tanggung jawab yang besar atas perbuatan
yang dilakukan sehingga seseorang yang mempunyai motivasi berprestasi yang
tinggi pada umumnya lebih berhasil dalam menjalankan tugas dibandingkan dengan
mereka yang memiliki motif berprestasi
yang rendah.
Pada jaman dahulu, motivasi
berprestasi pada
remaja pada umumnya sangat tinggi karena pada jaman dahulu fasilitas-fasilitas
umum tidak selengkap saat ini. Belum banyaknya sarana-sarana dan tempat-tempat
hiburan yang banyak didatangi para remaja sebagai tempat bergaul seperti halnya
pada keadaan jaman dulu juga menyebabkan mereka lebih memfokuskan diri dan
berkosentrasi pada pelajaran sehingga motivasi berprestasi mereka
jauh lebih tinggi bila dibandingkan pada saat ini dimana fasilitas-fasilitas
umum semakin banyak sehingga remaja lebih banyak menghabiskan waktunya hanya
untuk bersenang-senang atau mungkin hanya untuk sekedar bergaul dengan teman.
Untuk
mendapatkan sesuatu jauh lebih sulit dibandingkan dengan saat ini, dimana
remaja lebih mudah mendapatkan semua yang diinginkannya karena semakin
canggihnya teknologi. Hal ini bisa terjadi karena adanya pengaruh, dalam hal
ini teman. Atau mungkin keluarga tidak memberikan perhatian dan dorongan terhadap
prestasi remaja,
keluarga kurang menghargai prestasi
yang diraih oleh remaja sehinga mereka merasa prestasi yang diraihnya hanyalah
sia-sia. Selain itu mungkin keluarga hanya memanjakan remaja dengan uang
sehingga mereka berpikir tidak perlu berusaha keras untuk mendapatkan uang
karena mereka bisa mengandalkan pada orang tua, yang akhirnya menyebabkan motivasi berprestasi mereka
rendah. Oleh karena itu kita diharapkan mampu meningkatkan motivasi berprestasi secara
efektif dan efisien.
Daftar Pustaka
Chaplin, J. P. (Ed.). (1995). Kamus lengkap psikologi (K. Kartono, Penerj.). Jakarta:
RajaGrafindo Persada. (Karya asli dipublikasikan 1968).
Djiwandono, S. E. W. (2006). Psikologi pendidikan. Jakarta: Grasindo.
Gould,
D., & Weinberg, R. S. (2007). Foundations
of sport and exercive psychology (4th edition). Champaign, IL:
Human Kinetics.
putrikristinaarisanti@yahoo.com
Santrock, J. W. (2008). Educational psychology (3rd edition). New York: McGraw-Hill.
Sugono, D. (Ed.). (2008). Kamus besar bahasa Indonesia pusat bahasa (edisi ke-4). Jakarta:
Gramedia Pustaka.
Sudarwarti,
L. (2006). Hubungan self-efficacy dan
motivasi berprestasi terhadap prestasi atlet pelatnas Cipayung. Skripsi, Universitas Indonesia, Depok.
Sugono, D. (Ed.). (2008). Kamus besar bahasa Indonesia pusat bahasa (edisi ke-4). Jakarta:
Gramedia Pustaka.
Tizzi Maharani.
Majalah Manajer edisi Agustus 1986.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar