Sabtu, 14 Maret 2009

Unsur Instrinstik
Tema : Percaya diri
Latar : Rumah Ani, Sekolah, pagi hari
Tokoh dan perwatakan
Abah : Penyabar, suka menolong, kocak
Ibu : Perhatian
Ani : Tidak percaya diri
Ana : Teman yang baik
Budi : Teman yang baik
Tono : Pendiam
Si Bule : Dermawan
Konflik : Ani yang tidak percaya diri karena ayahnya seorang tukang
becak
Sudut pandang : Orang ketiga
Alur : Maju

Kerangka Cerita
¹ Pengenalan tokoh
¹ Konflik
¹ Penyelesaian




Abah yang Jenius

Hari Senin tanggal 1 Januari adalah hari pertama Ani duduk di bangku SMP . Pagi itu Ibu sedang menyiapkan makan pagi untuk Abah dan Ani, suami dan anaknya tercinta yang akan berangkat .
“Bu, kapan Ani berangkat ke sekolah?” tanya Ani .
“Iya, Nak . Sebentar lagi, makan dulu ya .” jawab Ibu sambil meletakkan tiga buah piring di meja makan .
“Bu, Ani berangkatnya sama siapa ? Kan sekolah Ani yang baru jauh . Ani belum bisa naik angkot, masih belum berani .”
”Ee....sama Abah aja ya, diantar pake becak sekalian Abah berangkat kerja .”
Ani hanya terdiam saja mendengar jawaban Ibu tercintanya .

···

Abah yang setiap harinya mengayuh kendaraan roda tiga yang dikenal sebagai becak setiap hari demi hidup keluarganya sedang mengelap besi-besi karatan yang melekat pada satu-satunya sarana penghasilan keluarga tersebut . Setelah selesai mengelap Ia kemudian masuk ke rumahnya yang sederhana namun rapi dan bersih karena selalu dirawat oleh istrinya tercinta untuk sarapan bersama dengan keluarganya di dapur .
“Bah, kalau nanti berangkat sekalian antar Ani ke sekolahnya ya . Trus, jam duabelas-an jangan lupa dijemput lagi .”
“Siap laksanakan , istriku sayang . Hehe....” gurau Abah pada istrinya .
Ibu hanya bisa tersenyum .
Sarapan dimulai dengan doa yag dipimpin oleh sang kepala keluarga dan berlangsung tanpa ada yang berbicara dengan mulut penuh makanan atau pun sambil berteriak-teriak . Memang Ani beruntung, Ia dibesarkan oleh Ayah dan Ibu yang sangat perhatian padanya . Setelah selesai sarapan pagi, Abah kembali memimpin doa dan mengucap puji syukur pada Allah SWT yang telah memberikan mereka rejeki yang sudah tak terhitung lagi .
Setelah berdoa, Abah dan Ani berpamitan kepada Ibu karena akan berangkat . Ani mencium tangan Ibu dan Ibu mencium tangan Abah . Di perjalanan, tak sedikit pun Ani berfikir bahwa beruntngnya Ia karena bisa melanjutkan sekolah kejenjang berikutnya . Ia malah berfikir bahwa Ia akan malu kepada teman-temannya di sekolah karena ayahnya hanyalah seorang tukang becak di Ibu kota negara yang terkenal kaya sumber daya alamnya ini . Apalagi di hari pertamanya di SMP Ia diantar menggunakan becak ayahnya . Hal yang paling membuat Ani semakin tidak percaya diri adalah ketika Ia dan ayahnya sudah hampir sampai di sekolah Ia melihat teman-teman barunya banyak yang diantar menggunakan mobil yang mewah .

···

Tibalah Ia dan becak ayahnya di depan pagar sekolah . Ani langsung melompat turun dan mencium tangan ayahnya kemudian bergegas ke sekolah setelah mengucapkan salam pada Abah dan becaknya .
“Assalamu’alaikum , dah Abah .”
“Wa’alikumussalam .” jawab Abah segera .
Setelah melihat anaknya tercinta masuk ke dalam kelas, barulah Abah menaiki tunggangan setianya dan memacunya demi hidup keluarga dan cita-cita anaknya, walau lelah, debu, dan keringat selalu menyertainya .

···

Jarum jam baik pendek maupun yang panjang menunjuk pada angka yang sama, mentari telah berada pada puncak, bel sekolah pun berbunyi, suara anak-anak yang sudah tak bisa lagi meredam bunyi lambung yang terus berteriak meledak riuh meramaikan suasana yang tadinya hening, dan mereka langsung keluar dari kelasnya masing-masing, bagai anak ayam kehilangan induknya .
Ani bersama teman barunya Ana dan Tono keluar dari kelas Bu Fatimah, guru Agama Islam paling terakhir . Ani memang bermaksud untuk keluar terakhir agar tidak ada yang melihat kendaraan dan pegemudinya yang akan menjemputnya kelak . Namun sungguh di luar dugaan, Ia sudah terlanjur menjadi sangat dekat dengan dua teman barunya itu .
“Ni, yang jemput kamu siapa nanti ?” tanya Ana .
“Emm...kata Ibuku sich Ayahku yang bakal jemput Ani hari ini .” dengan wajah yang agak cemberut “Tapi kayaknya Ayah Ani lagi sibuk . Ada apa ya ?” kata Ani karena memang dari tadi Ia tidak melihat Abah dan becaknya . Yang Ia lihat hanya sederet mobil dan motor yang diparkir di depan pagar sekolahnya .
“Sabar aja Ni, “ kata Budi yang tiba-tiba datang mendekati kedua gadis kecil itu . “Tunggu aja, kata Ibuku orang yang sabar tu disayang sama Tuhan .” kata Budi dengan nada menggurui .
“Ye..ah ! Ayahku dah datang .” kata Tono yang dari tadi diam-diam saja . “Dagh ! Teman-teman, kalo ada waktu lain ke rumahku ya .” sambil berlari menuju mobil ayahnya .

···

Lelaki bertubuh kekar, tinggi, dan berambut pirang sedang memasukkan tangan besarnya ke dalam kap mesin mobil sedan empat lobang gas buang dari mesin besar 4000cc dan memiliki spoiler juga body kit yang membuat sedan merah itu semakin garang . Ditambah lagi dengan jok racing, sound system, dan tidak lupa lambang kuda jingkarak yang menempel dengan mantapnya di depan sedan itu, sudah cukup membuatnya menjadi pusat perhatian . Apalagi Ia berhenti di depan sebuah institusi pendidikan lanjutan dari SD, membuat banyak anak-anak dari SMP itu melihat Si Bule yang telah bersimbah keringat tersebut .

···

“Ani !! Ani !! “ panggil Abah mencari putri tercintanya . Namun tidak ada jawaban sama sekali, hanya suara riuh siswa-siswa tahun ajaran baru yang sama sekali tidak dikenalnya .
Kemudian Abah memberhentikan becaknya di depan pagar sekolah anaknya . Ketika Ia hendak memanggil nama anaknya lagi, Ia terhenti . Berjalan menuju kerumunan orang-orang yang sebagian besar terdiri dari anak-anak SMP dan melihat lelaki yang sedang berjuang memperbaiki tunggangan merahnya yang perkasa sambil beberapa kali mengumpat dan berusaha meminta tolong pada orang-orang yang mengerumuninya namun tidak berhasil . Dengan rasa saling tolong menolong yang tinggi, Abah mendekati Bule itu .
“Excuse me, sir . May I help you ?”

···

“Eh, Ni . Kayaknya ada yang manggil-manggil nama kamu tuh .” kata Budi setelah mendengar samar-samar seruan nama Ani diantara raainya suasana siang itu .
“Mungkin itu ayah Ani kali .” jawab Ana .
“E...ga’tahu, mungkin kalian salah dengar .” sergah Ani, padahal Ia tahu itu adalah suara Abah “Aku aja ga’dengar kok .” lanjut Ani .
“Na, lihat disana, “ kata Budi pada Ana “Ada apa ya ? Kok rame-rame ?”
“Kita lihat aj yuk “ jawab Ana “Ni, ayo !” ajak Ana pada Ani .
Sesampainya di sana Ani sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya . Seorang lelaki besar dengan baju POLO dan seorang tukang becak dengan baju polos agak belel dan handuk kecil di lehernya sedang bercakap-cakap . Tampak keduanya sama-sama kelelahan .
“Oh, thank you very much , sir . You are very helpful .”
“Never mine , sir . I just walking around and looking at you here .” gurau sang ponolong “So, I must help you .”
“Wow ! Indonesian people is avery good person .” kata Si Bule sambil tersenyum kepada tukang becak yang Ani kena sebagai ayah tercintanya “Please take a little price from me .” sambil memberikan selembar rupiah dengan nilai nol terbanyak .
Sang penolong tadi hanya mengangkat tangannya dan mengucapkan terima kasih kemudian menjabat tangan Si Bule tadi dan melanjutkan pencarian terhadap anaknya yang dari tadi sebenarnya telah memperhatikan pertunjukkan yang sangat memukau itu .
“Eh, Ani !” seru Abah dengan sangat gembira, kemudian berjalan mendekati Ani dan teman-temannya .
“Ni, ini ayah kamu ?” tampak teman-teman barunya kebingungan .
“Oh, teman barunya Ani ya ?” kata Abah ketika mendengar perkataan teman-teman baru Ani .
“Iya, Om . Kami temannya Ani .” kata Ana .
“Om hebat ya, bisa ngomong bahasa Inggris dan benerin mobil itu !” kata Budi yang dari tadi sudah terkagum-kagum .
“Oh, iya udah siang ni . Omnya udah capek, Om sama Ani mau pulang dulu ya .” kata Abah yang memang sudah basah kuyup bajunya “Yuk, nak !”
“Dagh, Ana . Dagh, Budi .” kata Ani yang masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya tadi .
“Dagh, Ani . Dagh, Om .” balas mereka berdua .
Ayah dan anak itu kemudian pulang dengan menaiki becak Abah kesayangan keluarga itu .
“Bah, kok Abah ga’bilang bisa bahasa Inggris lancar kayak gitu sich ?” tanya Ani di tengah-tegah padatnya lalu lintas Ibu Kota .
“Kan Ani ga’tanya sama Abah .”gurau Abah .
Hari demi hari berlalu, sejak saat itu Ani selalu bangga pada Abahnya walaupun ayahnya hanya seorang tukang becak .

= TAMAT =

Entri Populer