Selasa, 26 Maret 2013

PIDATO


Pidato adalah kegiatan berbicara satu arah di depan umum untuk menyampaikan pikiran atau gagasan atau gambaran kepada pendengar yang disampaikan dalam situasi formal ataupun non formal melalui rangkaian kata yang tersusun sistematis dengan bahasa lisan sebagai media utama yang bertujuan memberi pamahaman atau informasi dengan rasa percaya diri untuk mempengaruhi pendengar agar mengikuti ajakan pembicara secara sukarela.

Pidato merupakan penampilan diri seseorang di hadapaan pendengar untuk menyampaikan isi hati atau buah pikiran dengan rangkaian kata-kata dengan harapan agar pendengar tergugah hati nuraninya dan tergerak pikirannya. Pidato merupakan bentuk wicara individual yang banyak ragamnya. Akan tetapi, secara umum pidato dapat digolongkan atas:
  1. pidato memorial, misalnya pidato untuk menyambut Hari Kartini, Hari Kemerdekaan;
  2.  pidato perpisahan, misalnya pidato perpisahan karena tamat sekolah, perpisahan karena pensiun, dan sebagainya;
  3. pidato penerimaan hadiah, misalnya piato penerimaan suatu medali kejuaraan olah raga;
  4.  pidato pidato penyambutan tamu, misalnya pidato penyambutan tamu kenegaraan;
  5.  pidato persembahan, misalnya pidato penyerahan cindera mata kepada tamu;
  6.  pidato persuasif, misalnya pidato kampanye partai politik;
  7.  pidato informatif, misalnya pidato penyuluhan kepada ibu-ibu PKK;
  8.  pidato instruktif, misalnya pidato tentang anjuran untuk membayar pajak;
  9.  pidato rekreatif, misalnya pidaato acara perkawinan, ulang tahun;
  10.  pidato kerohanian, misalnya santapan rohani waktu acara halal bihalal, acara pengajian;
  11.  pidato ilmiah, misallnya pidato ilmiah dalam acara wisuda.
Agar seseorang memiliki kemampuan yang memadai dalam hal pidato, maka dia harus memenuhi syarat-syarat berpidato. Syarat-syarat itu antar lain sebagai berikut:
  1. berpengetahuan luas,
  2. berkepribadian baik,
  3.  jujur dan ikhlas,
  4.  bijaksana dan sopan santun,
  5.  punya keberanian moral,
  6.  kaya dengan perbendaharaan kata,
  7.  berpikir kritis,
  8.  meyakini dan menguasai tema pembicaraan,
  9.  mengenal dan memahami karakteristik audience,
  10.  percaya diri,
  11.  bersikap menarik,
  12.  dan bertanggung jawab.
Menurut ada tidaknya persiapan sesuai dengan cara yang dilakukan waktu persiapan, ada empat macam pidato
1. Impromptu (serta merta) : pidato yang apabila Anda menghadiri pesta dan tiba-tiba dipanggil untuk menyampaikan pidato.


Keuntungan :
lebih mengungkapkan perasaan pembicara
gagasan datang secara spontan
memungkinkan Anda terus berpikir
Kerugian :
menimbulkan kesimpulan yang mentah
mengakibatkan penyampaian tidak lancar
gagasan yang disampaikan ngawur
demam panggung


2. Manuskrip : pidato dengan naskah. Di sini tidak berlaku istilah ‘menyampaikan pidato’ tapi ‘membacakan pidato’. Manuskrip dibutuhkan oleh tokoh nasional, sebab kesalahan sedikit saja dapat menimbulkan kekacauan nasional.
Keuntungan :
kata-kata dapat dipilih sebaik-baiknya
pernyataan dapat dihemat
kefasihan bicara dapat dicapai
tidak ngawur
manuskrip dapat diperbanyak
Kerugian :
komunikasi pendengar akan berkurang karena pembicara tidak berbicara langsung pada mereka
pembicara tidak dapat melihat pendengar dengan baik
pembuatannya lebih lama


3. Memoriter : pesan pidato ditulis kemudian diingat kata demi kata.
Keuntungan :
kata-kata dapat dipilih sebaik-baiknya
gerak dan isyarat yang diintegrasikan dengan uraian
Kerugian :
komunikasi pendengar akan berkurang karena pembicara beralih pada usaha untuk mengingat kata-kata
memerlukan banyak waktu 


4. Ekstemporan : pidato sudah dipersiapkan sebelumnya berupa garis besar dan pokok penunjang pembahasan (supporting points), tetapi pembicara tidak berusaha mengingatnya kata demi kata.
Keuntungan :
komunikasi pembicara dengan pendengar lebih baik
pesan dapat fleksibel
kerugian :
kemungkinan menyimpang dari garis besar
kefasihan terhambat karena kesukaran memilih kata-kata.


Seseorang akan mahir pidato jika ia benar-benar mau belajar dengna sungguh-sungguh. Cara belajar pidato tersebut dapat ditempuh dengan membaca buku-buku retorik(ilmu yang mempelajari masalah tutur secara efektif) dan buku-buku pengetahuan umum lain. Selain itu, mereke harus juga sering berlatih pidato, karena dangan cara “trial and error”, seseorang akan makin matang penglamannya. Begitu pula seorang yang akan tampil berpidato harus benar-benar siap terhadap materi pembicaraan dan siap pula dari segi fisik maupun mental, sehingga diharapkan dalam penampilan pidato nanti tidak terdapat adanya hambatan-hambatan.


Skema susunan suatu pidato yang baik:
1. Pembukaan dengan salam pembuka
2. Pendahuluan yang sedikit menggambarkan isi
3. Isi atau materi pidato secara sistematis : maksud, tujuan, sasaran, rencana, langkah, dll.
4. Penutup (kesimpulan, harapan, pesan, salam penutup, dll)

Jumat, 22 Maret 2013

MENGINGAT KENBALI KESALAHAN GURU DALAM PEMBELAJARAN

wardiman Djoyonegoro dalam sebuah wawancara pernah mengatakan bahwa ada tiga syarat utama kalau kita mau membangun pendidikan,yaitu (1) sarana gedung; (2) buku yang berkualitas; dan (3) guru dan tenaga kependidikan yang profesional. Kalau ketiga hal tersebut belum bisa terpenuhi, jangan harap pendidikan di Indonesia akan maju. Padahal dalam kapasitasnya yang sangat luas, pendidikan memiliki peran dan pengaruh positif terhadap segala bidang kehidupan dan perkembangan manusia dengan berbagai aspek kepribadiannya.


Guru memiliki fungsi yang unik dan sangat strategis dalam perannya dalam meningkatkan kualitas pendidikan karena guru adalah perenacna, pelaksana dan pengembang kurikulum bagi kelasnya. Artinya proses pembelajaran siswa, bagaimana pun model pengajarannya, akan sangat tergantung pada kemampuan guru mengelola kelas.


Apakan guru sekarang sudah profesional? Sudahkah guru sudah menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan? Sepertinya jawaban atas pertanyaan ini tidak aklan mudah dijawab. Karena banyak sekali guru, termasuk saya, sering sekali melakukan kesalahan-kelsalahan, baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan pembelajaran di sekolah.


Drs. E. Mulyasa, M.Pd., menyebutkan bahwa ada tujuh kesalahan yang sering dilakukan oleh seorang guru. Kesalahan itu yaitu:


A. Mengambil jalan pintas dalam pembelajaran


Tugas seoranmg guru tidak terbatas pada penyampaian informasi kepada peserta didik, guru juaga harus mempunyai kemampuan untuk memahami peserta didik dengan berbagai keunikan agar mampu membantu mereka dalam menghadapi kesulitan belajar.


Guru dituntut untuk membuat persiapan mengajar yang efektif. Namun kenyataannya, dengan berbagai alasan, banyak guru yang mengambil jalan pintas dengan tidak membuat persiapan ketika mau melaksanakan pembelajaran. Padahal, mengajar tanpa melakukan persiapan bukan hanya menghambat kemajuan siswa dalam pembelajaran, tapi juga menghambat guru tersebut dalam mengembangkan kemampuan didiknya.

Renungan

Empat orang ada di sebuah masjid,

hening berkhidmat seraya menantikan shalat dimulai.

Ketika muazin masuk, salah seorang berbisik kepadanya,

"Apakah engkau sudah menyampaikan seruan shalat?"

Mendengar ini, orang yang kedua berkata,

"Hai! Engkau telah berbicara ketika engkau tidak boleh,

maka shalatmu akan sia-sia."

Orang ketiga berkata dengan muka masam,

"Jangan mengkritiknya...

bagaimana dengan dirimu sendiri? Engkau baru saja

melanggar keheningan pula."

Mendengar itu, orang yang keempat berujar seraya agamis,

"Alhamdulillah, hanya aku saja yang belum melakukan kesalahan berbicara."

Enno, penyiar radio sekolah SMAN 10
OASE Radio, Radionya SMAN 10

Hallo sobat SMANFULL, kembali bersama Eno Karista di sini….di OASE Radio, radionya SMAN 10. Apa kabar nih sobat-sobat? Tentunya lagi pada istirahat ya? Nah, menemani sobat semua, ada informasi yang berguna nih! Tapi, sebelumnya kita dengarkan dulu lagu yang keren berikut ini, yuuuk!"

Begitulah sebagian dari celotehan yang kerap terdengar di saat jam istirahat pertama di lingkungan SMAN 10. Kok, ada radio di sekolahan? Ya, itulah salah satu kreatifitas siswa-siswa SMAN 10 yang gemar berceloteh.

Radio dalam kehidupan sehari-hari digunakan sebagai sarana penyampai informasi. Banyak informasi kita dapatkan, dengan hanya mendengarkan radio, karena radio biasanya bukan hanya menyajikan lagu-lagu yang sedang hits saja, tetapi juga menyampaikan berbagai informasi penting yang berguna. Keuntungan lain dari radio adalah kita dapat mendapatkan informasi sambil melakukan aktifitas lain, bahkan sambil berpindah tempat. Hal ini berarti banyak waktu yang dapat kita gunakan untuk melakukan aktifitas lain sambil tetap memperoleh hiburan dan informasi penting.

OASE Radio, radionya SMAN 10, tentu saja tidak seperti radio yang biasa kita dengarkan di rumah atau di kendaraan, tetapi program radio sederhana menggunakan komputer yang ada di sekolah. Walau dengan peralatan yang sederhana, tetapi siswa yang terlibat dalam OASE Radio seperti Enno Karista,  tetap semangat menyiarkan berbagai informasi ke seluruh siswa SMAN 10.

Bukan hanya Enno Karista, siswa kelas XI IPS 2, yang suka berceloteh di radionya SMAN 10, ada juga beberapa siswa lain, diantaranya …… mereka mengaku senang sekali dengan adanya OASE radio karena dapat berkomunikasi dengan semua teman di sekolah, baik teman satu angkatan maupun yang berbeda angkatan. “Selain itu, kami bisa dengarkan lagu yang kami sukai, kirim lagu, juga ikut memberikan informasi yang penting bagi teman-teman”, ujar Enno penuh semangat. “Selain itu, kami dapat kirim-kirim salam sama teman-teman dan juga dapat mewawancarai teman yang berprestasi dan guru. Itu sangat menyenangkan”, tambahnya
.
“Ini kegiatan yang sangat positif karena begitu kental dengan unsur mendidik. Selain mereka dapat meningkatkan kepercayaan diri, mereka juga dapat mengasah keterampilan berbicara. Ini penting karena pendidikan bukan hanya belajar pelajaran di kelas saja, tetapi juga belajar segala hal yang berguna untuk masa depan mereka” , ujar Waka Humas SMAN 10, Dra. Dian Apendiani, M.Pd.
Lebih lanjut Dian menegaskan bahwa program radio sekolah adalah salah satu program Humas SMAN 10. “Untuk menyebarkan berbagai informasi kepada siswa SMAN 10, maka agar lebih menarik dan sesuai dengan dunia mereka, kami mengadakan radio sekolah ini. Selain berisi lagu, kami selalu menyisipkan berbagai himbauan, misalnya tentang kesadaran untuk selalu memelihara kebersihan kelas, rajin belajar, atau himbauan untuk selalu menghormati guru” ujarnya menambahkan
.
Waka Kesiswaan, Jaka Sukarni,S.Pd., menyambut baik kreatifitas siswa melalui kegiatan siaran radio ini. Jaka mengatakan bahwa kreatifitas siswa perlu terus didukung oleh semua karena dengan jalan inilah siswa-siswa SMAN 10 dapat belajar lebih dan dapat membentuk karakter baik.

Galau di ujung senja

galau di ujung senja

kala sinar cahaya meredup...
lingkaran temaram penuhi diri
tercipta gulana
di saat senja??
bagaimana kunyalakan lagi

Senin, 30 April 2012

MOTIVASI BERPRESTASI BELAJAR


Motivasi Berprestasi

  

 Oleh: Dian Apendiani
Motivasi Berprestasi merupakan bekal untuk meraih sukses. Sukses  berkaitan dengan perilaku 'produktif dan selalu memperhatikan / menjaga 'kualitas' produknya. Motivasi berprestasi merupakan konsep personal yang inheren yang merupakan faktor pendorong untuk meraih atau mencapai sesuatu yang diinginkannya agar meraih kesuksesan. Untuk mencapai kesuksesan tersebut  setiap orang mempunyai hambatan-hambatan yang berbeda, dan dengan memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, diharapkan hambatan-hambatan tersebut akan dapat diatasi dan kesuksesan yang dinginkan dapat diraih.
Dengan memiliki motivasi berprestasi maka akan muncul kesadaran bahwa dorongan untuk selalu mencapai kesuksesan (perilaku produktif dan selalu memperhatikan kualitas) dapat menjadi sikap dan perilaku permanen pada diri individu. Motivasi berprestasi akan dapat mendobrak building block ketahanan individu dalam menghadapi tantangan hidup  sehingga mencapai kesuksesan.
Pendahuluan
Weiner (1985) seorang ahli psikologi dari Amerika Serikat mengemukakan bahwa hal-hal yang menyebabkan kegagalan atau kesuksesan adalah : (1) usaha, (2) kemampuan. (3) orang lain, (4) emosi, (5) tingkat kesulitan tugas, dan (6) keberuntungan.    Berkaitan dengan usaha dan kemampuan, Bendura (1992) mengemukakan bahwa bila seseorang memiliki rasa yang kuat tentang kemampuan dirinya (self efficacy), maka akan mendesak usaha yang lebih besar untuk menyelesaikan tugas-tugas yang menantang dari pada orang yang memiliki keraguan diri akan kemampuannya. Adanya perasaan mampu (untuk berprestasi) yang dimiliki oleh seseorang, akan memberikan kontribusi yang sangat besar pada aspek percaya diri, yaitu bahwa ia akan merasa yakin dengan kemampuannya untuk dapat mencapai suatu prestasi tertentu.
Setiap manusia mempunyai tingkat kesulitan dan  hambatan yang berbeda dalam mencapai apa yang diinginkan.  Secara umum kesulitan dan hambatan yang dihadapi manusia terdiri dari : (1) kesulitan masyarakat, yaitu : kesulitan yang dirasakan oleh semua lapisan masyarakat, misal : krisis ekonomi; (2) kesulitan di tempat tinggal / kerja / sekolah, yaitu : kesulitan yang dirasakan oleh orang-orang di kalangan terbatas, misal : kebijakan pimpinan kantor; (3) kesulitan individu, yaitu : kesulitan yang muncul sebagai akibat mengalirnya kesulitan masyarakat dan kesulitan di tempat kerja, misal : sulit mencari pekerjaan.
Motivasi berprestasi adalah daya dorong yang terdapat dalam diri seseorang sehingga orang tersebut berusaha untuk melakukan sesuatu tindakan / kegiatan dengan baik dan berhasil dengan predikat unggul (excellent); dorongan tersebut dapat berasal dari dalam dirinya atau berasal dari luar dirinya. Mc.Cleland berpendapat bahwa pada intinya setiap manusia mempunyai 3 jenis motivasi sosial, yaitu : (1) motivasi berprestasi; (2) motivasi untuk berkuasa; dan (3) motivasi untuk berafiliasi. Dua dari ke-tiga motivasi tersebut obyeknya adalah berkaitan dengan manusia lain yang ada di lingkungannya, kecuali motivasi berprestasi yang berpijak pada dirinya sendiri. Untuk dapat membangun motivasi berprestasi, maka perlu mengetahui siapa dirinya dalam hubungannya dengan orang lain dimana mereka terlibat.
Motivasi, meskipun merupakan variabel yang penting dari prestasi / keberhasilan, bukanlah satu-satunya faktor. Sebagaimana dikemukakan diatas terdapat variabel-variabel lain seperti : usaha, kemampuan, emosi, orang lain dan keberuntungan. Pokok bahasan dalam makalah ini mencakup : (1) motivasi dan pengembangan (2) konsep diri; (3) kemampuan diri dan berfikir kreatif; (4) pengembangan dan analisis diri; (5) Motivasi Berprestasi kaitannya dengan belajar.
Motivasi
Motivasi merupakan kata yang berasal dari bahasa Latin, ”movere” yang artinya bergerak (Satiadarma, 2000). Alderman (dikutip dalam Satiadarma, 2000), mengatakan bahwa ”motivasi sebagai suatu kecenderungan untuk berperilaku secara selektif ke suatu arah tertentu yang dikendalikan oleh adanya konsekuensi tertentu, dan perilaku tersebut akan bertahan sampai sasaran perilaku dapat dicapai” (h. 71). Sifat selektif dalam berperilaku berarti individu membuat keputusan mengenai tindakannya yang mempunyai suatu arah tujuan tertentu. Gage dan Berliner (dikutip dalam Djiwandono, 2006) menyamakan motivasi seperti mesin (intensitas) dan kemudi (direction) sebuah mobil. Motivasi melibatkan proses di mana energi, langsung, dan tingkah laku didorong. Dapat disimpulkan motivasi adalah suatu hal yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu atau mendapatkan sesuatu. Menurut Maslow (dikutip dalam Gunarsa, 2008), setiap perilaku manusia didasari sumber yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan.
     Dimensi motivasi menurut Weinberg dan Gould (dikutip dalam Satiadarma, 2000) terbagi menjadi tiga, yaitu: (a) dari dalam diri individu, sumber motivasi berasal dari diri sendiri; (b) lingkungan atau situasional, lingkungan harus memberikan kesempatan bagi individu untuk mengembangkan motivasinya; dan (c) interaksional, adanya kombinasi antara faktor pelaku dan faktor lingkungan. Selain ketiga dimensi tersebut dikenal juga adanya motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik merupakan suatu dorongan atau keinginan kuat yang berasal dari dalam diri seseorang. Jenis motivasi ini merupakan bawaan atau kepribadian yang ada di dalam diri individu sejak lahir (Gunarsa, 2008). Adisasmito (2007) mengatakan bahwa motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang ditimbulkan dari berbagai sumber yang ada di luar diri, misalnya dengan lingkungan, penonton reward atau punishment.
     Reward dan punishment dapat mempengaruhi motivasi seseorang. Saat seseroang mendapat imbalan atas keberhasilan yang didapatnya maka hal tersebut akan memacu seseorang untukberprestasi. Imbalan perlu diperhatikan apakah masih cukup kuat atau justru melemah daya tariknya. Hukuman sering digunakan untuk menyadarkan tingkah laku yang salah. Dalam Gould dan Weinberg (2007), disebutkan bahwa motivasi ekstrinsik berasal dari orang lain atau dari luar, dapat bersifat positif atau negatif.
Motivasi Berprestasi
     Menurut Murray (dikutip dalam Gould & Weinberg, 2007), motivasi berprestasi adalah ”a person’s efforts to master a task, achieve exellence, overcome obstacles, perform better than others, and take pride in exercising talent” (h. 61). Motivasi dapat juga diartikan sebagai usaha seseorang untuk menguasai tugasnya, mencapai kesuksesan, mengatasi rintangan, penampilan yang lebih baik dari orang lain, dan mendapatkan penghargaan atas bakatnya.  Gill (dikutip dalam Gould & Weinberg, 2007), menyatakan bahwa ”achievement motivation is a person’s orientation to strive for task success, persist in the face of failure, and experience pride in accomplishment” (h. 61). Dalam hal ini motivasi berprestasi diartikan sebagai orientasi individu untuk berusaha mencapai kesuksesan, bertahan saat gagal, dan mendapatkan penghargaan saat mencapai prestasi. Hal ini disebabkan individu merasa bangga untuk mampu menyelesaikan tugasnya dengan sebaik mungkin (Satiadarma, 2001).
     Satiadarma (2001), menyebutkan ada empat jenis motivasi, yaitu: (a) achievement motivation, (b) power motivation, (c) effectance motivation, dan (d) self-actualization motivation. Cox (dikutip dalam Satiadarma, 2000) menyatakan bahwa, dalam diri individu terdapat kebutuhan untuk berprestasi yang dikenal sebagai achievement motivation. Pada motivasi ini ada dua orientasi, yaitu ego-oriented dan mastery oriented. Individu yang berorientasi pada ego cenderung untuk mempersepsi kemenangan berdasarkan kesuksesan atau kemampuan untuk mengungguli orang lain. Pada mastery oriented atau penguasaan keterampilan maka individu merasakan kepuasan melalui keterlibatan atau partisipasi dalam suatu kegiatan. Motivasi untuk berprestasi berbeda dengan kebutuhan untuk berprestasi. Individu yang mempunyai kebutuhan untuk berprestasi tetapi tidak memiliki motivasi tidak akan menghasilkan apapun (Satiadarma, 2000).
     Power motivation merupakan suatu motivasi yang berorientasi atau bertujuan untuk menguasai orang lain. Individu dengan motivasi ini akan merasa puas apabila telah memiliki kekuasaan terhadap orang lain. Motivasi untuk bertindak secara kompeten dalam menghadapi situasi yang ada merupakan motivasi berdasarkan effectance motivation. Individu yang mempunyai motivasi ini akan merasa puas apabila mampu menyelesaikan masalah yang ada dalam suatu situasi dengan sebaik mungkin. Untuk individu yang memiliki motivasi untuk mengaktualisasi diri disebut memiliki self-actualization motivation (Satiadarma, 2000). Menurut Maslow (dikutip dalam Santrock, 2008), self-actualization motivation adalah dorongan yang dimiliki untuk berkembang dengan potensi yang penuh sebagai manusia.
     Menurut Elliot dan Church (dikutip dalam Lahey, 2007) ada tiga elemen penting dalam motivasi berprestasi. Pertama, menguasai tujuan. Orang yang menguasai tujuan akan termotivasi secara intrinsik untuk mempelajari informasi yang baru dan menarik. Kedua, pendekatan pelaksanaan tujuan. Orang yang memiliki pendekatan pelaksanaan tujuan tinggi bermotivasi untuk melakukan yang terbaik untuk mendapatkan rasa hormat dari orang lain. Ketiga pendekatan menjauhi tujuan. Orang yang tinggi pada area ini bermotivasi untuk bekerja keras agar dapat menghindari hasil yang buruk. Ketiga hal tersebut membantu individu untuk sukses dengan hasil akhir yang berbeda-beda. Pada umumnya, individu yang menguasai tujuan mereka sangat menikmati proses mencapai tujuannya dibandingkan hasilnya (Lahey, 2007).
     Menurut McClelland (dikutip dalam Beck, 2000) motivasi berprestasi adalah dorongan seseorang untuk sukses atau berhasil dalam kompetisi dengan ukuran keunggulan berupa prestasi orang lain maupun prestasi sebelumnya. Motivasi berprestasi adalah motif yang mendorong individu untuk berpacu dengan ukuran keunggulan. Adapun ukuran keunggulan itu dapat berupa diri sendiri, orang lain, atau kesempurnaan tugas (Beck, 2000).
Berprestasi, baik itu prestasi dalam bidang pekerjaan, pendidikan, sosial, seni, politik, budaya dan lain-lain adalah keinginan setiap orang. Dengan adanya prestasi yang pernah diraih oleh seseorang akan menumbuhkan suatu semangat baru untuk menjalani aktifitas. Pengertian prestasi menurut Murray (dalam J. Winardi, 2004) adalah ”...Melaksanakan tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi atau mengorganisasi objek-objek fiskal, manusia  atau ide-ide untuk melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin dan seindependen mungkin sesuai kondisi yang berlaku. Mencapai perporman puncak untuk diri sendiri. Mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil”.
Pengertian kebutuhan untuk berprestasi menurut McClelland (dalam Alex Sabur, 2003:285) adalah suatu daya dalam mental manusia untuk melakukan suatu kegiatan yang lebih baik, lebih cepat, lebih efektif, dan lebih efisien daripada kegiatan yang dilaksanakan sebelumnya. Ini disebabkan oleh virus mental.
Dari pendapat tersebut Alex Sabur mengartikan bahwa  dalam psikis manusia, ada daya yang mampu mendorongnya ke arah suatu kegiatan yang hebat sehingga dengan daya tersebut, ia dapat mencapai kemajuan yang teramat cepat. Daya  pendorong tersebut dinamakan virus mental, karena apabila berjangkit di dalam jiwa manusia, daya tersebut akan berkembang biak dengan cepat. Dengan kata lain, daya tersebut akan meluas dan menimbulkan dampak dalam kehidupan.
McClelland juga berpendapat tentang motivasi berprestasi. McClelland dan Atkinson (1953:75) menyebutkan  bahwa setiap orang mempunyai tiga motif  yakni motivasi berprestasi (achievement motivation), motif bersahabat (affiliation motivation) dan motif berkuasa (power motivation). Dari ketiga motif itu dalam penelitian ini akan difokuskan pada motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi dapat untuk bekerja dan belajar.
Menurut  McClelland dan Atkinson (1953:78) bahwa Achiement motivation should be characterzed by high hopes of success rather than by fear of failure  artinya motivasi berprestasi merupakan ciri seorang yang mempunyai harapan tinggi untuk mencapai keberhasilan dari pada ketakutan kegagalan. Selanjutnya dinyatakan McClelland (1953:78) bahwa motivasi berprestasi merupakan kecenderungan seseorang dalam mengarahkan dan mempertahankan tingkah laku untuk mencapai suatu standar prestasi. Pencapaian standar prestasi digunakan oleh siswa untuk menilai kegiatan yang pernah dilakukan. Siswa yang menginginkan prestasi yang baik akan menilai apakah kegiatan yang dilakukannya telah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Ahli lain yakni Gellerman (1963: 67) menyatakan bahwa orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi akan sangat senang kalau ia berhasil memenangkan suatu persaingan. Ia berani menanggung segala resiko sebagai konsekwensi dari usahanya untuk mencapai tujuan. Sedangkan motivasi berprestasi menurut Tapiardi (1996:105) adalah sebagai suatu cara berfikir tertentu apabila terjadi pada diri seseorang cenderung membuat orang itu bertingkah laku secara giat untuk meraih suatu hasil atau prestasi.
Dari pendapat di atas dapat di pahami bahwa dengan adanya motivasi berprestasi dalam diri individu akan menumbuhkan jiwa kompetisi yang sehat, akan menumbuhkan individu-individu yang bertanggung jawab dan dengan motivasi berprestasi yang tinggi juga akan membentuk individu menjadi pribadi yang kreatif.
Komarudin (1994) menyebutkan bahwa motivasi berprestasi meliputi pertama kecenderungan atau upaya untuk berhasil atau mencapai tujuan yang dikehendaki; kedua keterlibatan ego individu dalam suatu tugas; ketiga harapan suatu tugas yang terlihat oleh tanggapnya subyek; keempat motif untuk mengatasi rintangan atau berupaya berbuat sesuatu dengan cepat dan baik.

Aspek Motivasi Berprestasi
 McClelland (dalam Marwisni Hasan 2006)  menyatakan bahwa orang yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:  
1.             Mempunyai tanggung jawab pribadi.
Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi akan melakukan  tugas sekolah atau bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Siswa yang bertanggung jawab terhadap pekerjaan akan  puas dengan hasil pekerjaan karena merupakan hasil usahanya sendiri.
2.             Menetapkan nilai yang akan dicapai atau menetapkan standar unggulan.
Siswa menetapkan nilai yang akan dicapai. Nilai itu lebih tinggi  dari nilai  sendiri (internal) atau lebih tinggi dengan nilai yang dicapai oleh orang lain (eksternal). Untuk mencapai nilai yang sesuai dengan  standar keunggulan, siswa harus menguasai secara tuntas materi pelajaran.
3.             Berusaha bekerja kreatif.
Siswa yang bermotivasi tinggi, gigih dan giat mencari cara yang kreatif untuk menyelesaikan  tugas sekolahnya. Siswa mempergunakan beberapa cara belajar yang diciptakannya sendiri, sehingga siswa lebih menguasai materi pelajaran dan akhirnya memperoleh prestasi yang tinggi.
4.             Berusaha mencapai cita-cita
Siswa yang mempunyai cita-cita akan berusaha sebaik-baiknya dalam belajar atau mempunyai motivasi yang tinggi dalam belajar. Siswa akan rajin mengerjakan tugas, belajar dengan keras, tekun dan ulet dan tidak mundur waktu belajar. Siswa akan mengerjakan tugas sampai selesai dan bila mengalami kesulitan ia akan membaca kembali bahan bacaan yang telah diterangkan guru, mengulangi mengerjakan tugas yang belum selesai. Keberhasilan  pada setiap kegiatan sekolah dan memperoleh hasil yang baik akan memungkinkan siswa mencapai cita-citanya.
5.             Memiliki tugas yang moderat.
Memiliki tugas yang moderat yaitu memiliki tugas yang tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Siswa dengan motivasi berpretasi yang tinggi, yang harus mengerjakan tugas yang sangat sukar, akan tetapi mengerjakan tugas tersebut dengan membagi tugas menjadi beberapa bahagian,  yang tiap bagian lebih mudah menyelesaikanya.
6.             Melakukan kegiatan sebaik-baiknya
Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi akan melakukan semua kegiatan  belajar sebaik mungkin  dan tidak ada kegiatan lupa di kerjakan. Siswa membuat kegiatan belajar dari mentaati jadwal tersebut. Siswa selalu mengikuti kegiatan belajar dan mengerjakan  soal-soal latihan walaupun tidak disuruh guru serta memperbaiki tugas yang salah. Siswa juga akan  melakukan kegiatan belajar jika ia mempunyai buku pelajaran dan perlengkapan belajar yang dibutuhkan dan melakukan kegiatan belajar sendiri atau bersama secara berkelompok.
7.             Mengadakan antisipasi.
Mengadakan atisipasi maksudnya melakukan kegiatan untuk menghindari kegagalan atau kesulitan yang mungkin terjadi. Antisipasi dapat dilakukan siswa dengan menyiapkan semua keperluan atau peralatan sebelum  pergi ke sekolah. Siswa datang ke sekolah lebih cepat dari jadwal belajar  atau jadwal ujian, mencari soal atau jawaban untuk latihan. Siswa menyokong persiapan belajar yang perlu dan membaca materi pelajaran  yang akan di berikan guru pada hari berikutnya.
Pentingnya Motivasi Berprestasi
Sepanjang masa kehidupan, yaitu sejak masa kanak-kanak hingga masa dewasa seseorang selalu punya harapan atau cita-cita. Antara individu yang satu dengan yang lainnya belum tentu mempunyai harapan atau cita-cita yang sama. Misalnya waktu seseorang menginginkan menjadi seorang dokter, tapi setelah dewasa menginginkan menjadi orang yang sukses dan kaya. Salah satu faktor yang berperan dalam mewujudkan cita-cita adalah motif berprestasi atau motivasi berprestasi.
Seseorang yang mempunyai motivasi yang tinggi maka dia akan berusaha melakukan yang terbaik, memiliki kepercayaan terhadap kemampuan untuk bekerja mandiri dan bersikap optimis, memiliki ketidakpuasan terhadap prestasi yang telah diperoleh serta mempunyai tanggung jawab yang besar atas perbuatan yang dilakukan sehingga seseorang yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi pada umumnya lebih berhasil dalam menjalankan tugas dibandingkan dengan mereka yang memiliki motif berprestasi yang rendah.
Pada jaman dahulu, motivasi berprestasi pada remaja pada umumnya sangat tinggi karena pada jaman dahulu fasilitas-fasilitas umum tidak selengkap saat ini. Belum banyaknya sarana-sarana dan tempat-tempat hiburan yang banyak didatangi para remaja sebagai tempat bergaul seperti halnya pada keadaan jaman dulu juga menyebabkan mereka lebih memfokuskan diri dan berkosentrasi pada pelajaran sehingga motivasi berprestasi mereka jauh lebih tinggi bila dibandingkan pada saat ini dimana fasilitas-fasilitas umum semakin banyak sehingga remaja lebih banyak menghabiskan waktunya hanya untuk bersenang-senang atau mungkin hanya untuk sekedar bergaul dengan teman.
Untuk mendapatkan sesuatu jauh lebih sulit dibandingkan dengan saat ini, dimana remaja lebih mudah mendapatkan semua yang diinginkannya karena semakin canggihnya teknologi. Hal ini bisa terjadi karena adanya pengaruh, dalam hal ini teman. Atau mungkin keluarga tidak memberikan perhatian dan dorongan terhadap prestasi remaja, keluarga kurang menghargai prestasi yang diraih oleh remaja sehinga mereka merasa prestasi yang diraihnya hanyalah sia-sia. Selain itu mungkin keluarga hanya memanjakan remaja dengan uang sehingga mereka berpikir tidak perlu berusaha keras untuk mendapatkan uang karena mereka bisa mengandalkan pada orang tua, yang akhirnya menyebabkan motivasi berprestasi mereka rendah. Oleh karena itu kita diharapkan mampu meningkatkan motivasi berprestasi secara efektif dan efisien.
Daftar Pustaka

Chaplin, J. P. (Ed.). (1995). Kamus lengkap psikologi (K. Kartono, Penerj.). Jakarta: RajaGrafindo Persada. (Karya asli dipublikasikan 1968).
Djiwandono, S. E. W. (2006). Psikologi pendidikan. Jakarta: Grasindo.
Gould, D., & Weinberg, R. S. (2007). Foundations of sport and exercive psychology (4th edition). Champaign, IL: Human Kinetics.
putrikristinaarisanti@yahoo.com
Santrock, J. W. (2008). Educational psychology (3rd edition). New York: McGraw-Hill.                 
Sugono, D. (Ed.). (2008). Kamus besar bahasa Indonesia pusat bahasa (edisi ke-4). Jakarta: Gramedia Pustaka.
Sudarwarti, L. (2006). Hubungan self-efficacy dan motivasi berprestasi terhadap prestasi atlet pelatnas Cipayung. Skripsi, Universitas Indonesia, Depok.
Sugono, D. (Ed.). (2008). Kamus besar bahasa Indonesia pusat bahasa (edisi ke-4). Jakarta: Gramedia Pustaka.
Tizzi Maharani. Majalah Manajer edisi Agustus 1986.




Entri Populer