Kamis, 06 Maret 2014

Golongan Darah

Bukan tidak ada alasan, ketika kita mengisi bio data, ada pertanyaan mengenai golongan darah. Informasi mengenai golongan darah biasanya harus kita isi pada bio data sekolah, mulai dari sekolah dasar sampai sekolah lanjutan. Alasannya, paling tidak kalau terjadi kecelakaan (mudah-mudahan tidak terjadi kan!), pihak sekolah  (atau institusi manapun), mengetahui golongan darah kita dan bisa melakukan pertolongan dengan cepat.

Tapi lain halnya dengan anak saya yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, masalah golongan darah rupanya merupakan masalah yang cukup membuat galau. Sudah berbulan-bulan yang lalu, dia bertanya mengenai golongan darahnya. Karena saya belum punya waktu (atau malas) untuk memeriksakan golongan darahnya ke puskesmas, tentu saja saya jawab bahwa kemungkinan golongan darahnya B, sama seperti abang-abangnya. Tapi karena belum pernah diperiksa, rupanya anak saya meragukan jawaban yang saya berikan.

Kegalauannya terus berlanjut. Selidik punya selidik, sumber kegalauannya adalah ketakutannya mempunyai golongan darah yang berbeda dengan abang-abangnya dan takut disebut anak pungut.

Saya, sebagai orang tua yang mengaku sibuk, rupanya tidak terlalu memikirkan kegalauannya tersebut. Malahan, kami sering menggoda ketakutannya sebagai anak yang tertukar. Tadinya hanya bercanda saja, tapi rupanya sikap itu bukanlah sikap yang bijaksana sebagai orang tua. Karena menganggap remeh masalah golongan darahnya. Alhasil kegalauannya bertambah-tambah. Makin seringlah anak saya meminta untuk diperiksa golongan darahnya.

Akhirnya kesadaran sebagai orang tua melihat sikap galau anaknya membuat saya membawa anak saya ke poliklinik untuk memeriksa golongan darahnya. Sebelum berangkat ke poliklinik, kegundahan anak saya meningkat. Ini membuat saya tersenyum simpul, karena tentu saja saya yakin dia anak kandung saya(wong saya yang melahirkannya).

Hasil pemeriksaan golongan darah anak saya ternyata bukan golongan B, tapi golongan darahnya O. Tapi, anak saya tetap tersenyum ceria karena tahu bahwa golongan darah bapaknya B, tapi golongan darah mamanya O.


Mungkin kita harus mulai melihat segala sesuatu bukan dari pandangan kita, tapi melihatnya dari pandangan anak kita. Kadang, kita sebagai orang tua, terlalu meremehkan hal-hal yang oleh anak kita dianggap sebagai masalah yang besar.

Senin, 24 Februari 2014



Ustad dan Guru

Ketika kecil dulu, saya belajar ngaji pada seorang guru ngaji, tetangga di belakang rumah saya. Kami semua murid-muridnya memanggil beliau Teh Annah (panggilan kakak). Beliau tidak mau dipanggil ustadzah, tentu saja. Padahal, beliau seorang guru ngaji yang ilmunya tidak bisa dipandang remeh. Teh Annah, selain belajar ngaji, juga seorang guru di salah satu sekolah di kampung saya. Bukan hanya ilmu yang mumpuni, beliau juga mempunyai perilaku yang sangat santun, sehingga jadi panutan bagi kami semua.

Masih ingat melekat dibenak saya, kalau mau ngaji, kami bergiliran membawa minyak tanah satu canting (kurang lebih 100cc). minyak tanah itu digunakan untuk mengisi lampu templok (semacam lampu kecil yang dikaitkan ke dinding rumah) di rumahnya yang kami pakai sebagai penerangan ketika kami belajar ngaji. Itulah bayaran kami untuk Teh Annah. Tidak bisa disebut bayaran sebenarnya,  karena minyak tanah itu digunakan oleh kami juga untuk belajar mengaji.

Jadi, ketika sekarang, banyak pemberitahuan di media massa mengenai bagaimana seorang ustad mengumpulkan uang dari umatnya, bagaimana kehidupan seorang ustad yang bak selebriti., saya sempat merasa getir.  Belum lama berselang ada pemberitaan mengenai uang yang berputar di sekitar seorang ustad, ada lagi berita mengenai istri ustad lain yang memamerkan koleksi jilbabnya. Eh, tak lama berselang ada lagi berita mengenai perilaku seorang ustad yang tidak patut dicontoh. Semua berita itu membuat saya tertegun-tegun. 

Dalam bayangan saya, seorang ustad akan mempunyai pribadi yang sederhana, jauh dari kemewahan yang dipamerkan, berperilaku santun, tidak mata duitan. Pandangan yang kolot? Mungkin. Tapi itulah bayangan yang menyertai saya kalau kata “ustad” disebut. Sama ketika kata “guru” disebut. Dalam bayangan saya, guru adalah seorang yang patut digugu dan ditiru. Seorang guru merupakan sosok yang dalam segala perilakunya mencerminkan semua hal yang dapat dicontoh oleh murid-muridnya.

Dalam salah satu acara yang bertajuk ‘motivasi untuk guru’, seorang motivator mengatakan hal yang tidak akan pernah saya lupakan. Motivator itu berkata “guru memang manusia….tetapi mereka bukan manusia biasa”.  Alangkah tinggi harapan untuk seorang guru, sama dengan tingginya harapan untuk seorang ustad.

Ketika kita menerima sebuah “titel’, otomatis titel itu melekat dengan diri kita, itulah konsekuensi yang harus kita terima. Kita belajar untuk menjadi sesuai dengan titel yang kita kenakan. 
(Dian Apendiani)

Selasa, 26 Maret 2013

PIDATO


Pidato adalah kegiatan berbicara satu arah di depan umum untuk menyampaikan pikiran atau gagasan atau gambaran kepada pendengar yang disampaikan dalam situasi formal ataupun non formal melalui rangkaian kata yang tersusun sistematis dengan bahasa lisan sebagai media utama yang bertujuan memberi pamahaman atau informasi dengan rasa percaya diri untuk mempengaruhi pendengar agar mengikuti ajakan pembicara secara sukarela.

Pidato merupakan penampilan diri seseorang di hadapaan pendengar untuk menyampaikan isi hati atau buah pikiran dengan rangkaian kata-kata dengan harapan agar pendengar tergugah hati nuraninya dan tergerak pikirannya. Pidato merupakan bentuk wicara individual yang banyak ragamnya. Akan tetapi, secara umum pidato dapat digolongkan atas:
  1. pidato memorial, misalnya pidato untuk menyambut Hari Kartini, Hari Kemerdekaan;
  2.  pidato perpisahan, misalnya pidato perpisahan karena tamat sekolah, perpisahan karena pensiun, dan sebagainya;
  3. pidato penerimaan hadiah, misalnya piato penerimaan suatu medali kejuaraan olah raga;
  4.  pidato pidato penyambutan tamu, misalnya pidato penyambutan tamu kenegaraan;
  5.  pidato persembahan, misalnya pidato penyerahan cindera mata kepada tamu;
  6.  pidato persuasif, misalnya pidato kampanye partai politik;
  7.  pidato informatif, misalnya pidato penyuluhan kepada ibu-ibu PKK;
  8.  pidato instruktif, misalnya pidato tentang anjuran untuk membayar pajak;
  9.  pidato rekreatif, misalnya pidaato acara perkawinan, ulang tahun;
  10.  pidato kerohanian, misalnya santapan rohani waktu acara halal bihalal, acara pengajian;
  11.  pidato ilmiah, misallnya pidato ilmiah dalam acara wisuda.
Agar seseorang memiliki kemampuan yang memadai dalam hal pidato, maka dia harus memenuhi syarat-syarat berpidato. Syarat-syarat itu antar lain sebagai berikut:
  1. berpengetahuan luas,
  2. berkepribadian baik,
  3.  jujur dan ikhlas,
  4.  bijaksana dan sopan santun,
  5.  punya keberanian moral,
  6.  kaya dengan perbendaharaan kata,
  7.  berpikir kritis,
  8.  meyakini dan menguasai tema pembicaraan,
  9.  mengenal dan memahami karakteristik audience,
  10.  percaya diri,
  11.  bersikap menarik,
  12.  dan bertanggung jawab.
Menurut ada tidaknya persiapan sesuai dengan cara yang dilakukan waktu persiapan, ada empat macam pidato
1. Impromptu (serta merta) : pidato yang apabila Anda menghadiri pesta dan tiba-tiba dipanggil untuk menyampaikan pidato.


Keuntungan :
lebih mengungkapkan perasaan pembicara
gagasan datang secara spontan
memungkinkan Anda terus berpikir
Kerugian :
menimbulkan kesimpulan yang mentah
mengakibatkan penyampaian tidak lancar
gagasan yang disampaikan ngawur
demam panggung


2. Manuskrip : pidato dengan naskah. Di sini tidak berlaku istilah ‘menyampaikan pidato’ tapi ‘membacakan pidato’. Manuskrip dibutuhkan oleh tokoh nasional, sebab kesalahan sedikit saja dapat menimbulkan kekacauan nasional.
Keuntungan :
kata-kata dapat dipilih sebaik-baiknya
pernyataan dapat dihemat
kefasihan bicara dapat dicapai
tidak ngawur
manuskrip dapat diperbanyak
Kerugian :
komunikasi pendengar akan berkurang karena pembicara tidak berbicara langsung pada mereka
pembicara tidak dapat melihat pendengar dengan baik
pembuatannya lebih lama


3. Memoriter : pesan pidato ditulis kemudian diingat kata demi kata.
Keuntungan :
kata-kata dapat dipilih sebaik-baiknya
gerak dan isyarat yang diintegrasikan dengan uraian
Kerugian :
komunikasi pendengar akan berkurang karena pembicara beralih pada usaha untuk mengingat kata-kata
memerlukan banyak waktu 


4. Ekstemporan : pidato sudah dipersiapkan sebelumnya berupa garis besar dan pokok penunjang pembahasan (supporting points), tetapi pembicara tidak berusaha mengingatnya kata demi kata.
Keuntungan :
komunikasi pembicara dengan pendengar lebih baik
pesan dapat fleksibel
kerugian :
kemungkinan menyimpang dari garis besar
kefasihan terhambat karena kesukaran memilih kata-kata.


Seseorang akan mahir pidato jika ia benar-benar mau belajar dengna sungguh-sungguh. Cara belajar pidato tersebut dapat ditempuh dengan membaca buku-buku retorik(ilmu yang mempelajari masalah tutur secara efektif) dan buku-buku pengetahuan umum lain. Selain itu, mereke harus juga sering berlatih pidato, karena dangan cara “trial and error”, seseorang akan makin matang penglamannya. Begitu pula seorang yang akan tampil berpidato harus benar-benar siap terhadap materi pembicaraan dan siap pula dari segi fisik maupun mental, sehingga diharapkan dalam penampilan pidato nanti tidak terdapat adanya hambatan-hambatan.


Skema susunan suatu pidato yang baik:
1. Pembukaan dengan salam pembuka
2. Pendahuluan yang sedikit menggambarkan isi
3. Isi atau materi pidato secara sistematis : maksud, tujuan, sasaran, rencana, langkah, dll.
4. Penutup (kesimpulan, harapan, pesan, salam penutup, dll)

Jumat, 22 Maret 2013

MENGINGAT KENBALI KESALAHAN GURU DALAM PEMBELAJARAN

wardiman Djoyonegoro dalam sebuah wawancara pernah mengatakan bahwa ada tiga syarat utama kalau kita mau membangun pendidikan,yaitu (1) sarana gedung; (2) buku yang berkualitas; dan (3) guru dan tenaga kependidikan yang profesional. Kalau ketiga hal tersebut belum bisa terpenuhi, jangan harap pendidikan di Indonesia akan maju. Padahal dalam kapasitasnya yang sangat luas, pendidikan memiliki peran dan pengaruh positif terhadap segala bidang kehidupan dan perkembangan manusia dengan berbagai aspek kepribadiannya.


Guru memiliki fungsi yang unik dan sangat strategis dalam perannya dalam meningkatkan kualitas pendidikan karena guru adalah perenacna, pelaksana dan pengembang kurikulum bagi kelasnya. Artinya proses pembelajaran siswa, bagaimana pun model pengajarannya, akan sangat tergantung pada kemampuan guru mengelola kelas.


Apakan guru sekarang sudah profesional? Sudahkah guru sudah menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan? Sepertinya jawaban atas pertanyaan ini tidak aklan mudah dijawab. Karena banyak sekali guru, termasuk saya, sering sekali melakukan kesalahan-kelsalahan, baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan pembelajaran di sekolah.


Drs. E. Mulyasa, M.Pd., menyebutkan bahwa ada tujuh kesalahan yang sering dilakukan oleh seorang guru. Kesalahan itu yaitu:


A. Mengambil jalan pintas dalam pembelajaran


Tugas seoranmg guru tidak terbatas pada penyampaian informasi kepada peserta didik, guru juaga harus mempunyai kemampuan untuk memahami peserta didik dengan berbagai keunikan agar mampu membantu mereka dalam menghadapi kesulitan belajar.


Guru dituntut untuk membuat persiapan mengajar yang efektif. Namun kenyataannya, dengan berbagai alasan, banyak guru yang mengambil jalan pintas dengan tidak membuat persiapan ketika mau melaksanakan pembelajaran. Padahal, mengajar tanpa melakukan persiapan bukan hanya menghambat kemajuan siswa dalam pembelajaran, tapi juga menghambat guru tersebut dalam mengembangkan kemampuan didiknya.

Renungan

Empat orang ada di sebuah masjid,

hening berkhidmat seraya menantikan shalat dimulai.

Ketika muazin masuk, salah seorang berbisik kepadanya,

"Apakah engkau sudah menyampaikan seruan shalat?"

Mendengar ini, orang yang kedua berkata,

"Hai! Engkau telah berbicara ketika engkau tidak boleh,

maka shalatmu akan sia-sia."

Orang ketiga berkata dengan muka masam,

"Jangan mengkritiknya...

bagaimana dengan dirimu sendiri? Engkau baru saja

melanggar keheningan pula."

Mendengar itu, orang yang keempat berujar seraya agamis,

"Alhamdulillah, hanya aku saja yang belum melakukan kesalahan berbicara."

Enno, penyiar radio sekolah SMAN 10
OASE Radio, Radionya SMAN 10

Hallo sobat SMANFULL, kembali bersama Eno Karista di sini….di OASE Radio, radionya SMAN 10. Apa kabar nih sobat-sobat? Tentunya lagi pada istirahat ya? Nah, menemani sobat semua, ada informasi yang berguna nih! Tapi, sebelumnya kita dengarkan dulu lagu yang keren berikut ini, yuuuk!"

Begitulah sebagian dari celotehan yang kerap terdengar di saat jam istirahat pertama di lingkungan SMAN 10. Kok, ada radio di sekolahan? Ya, itulah salah satu kreatifitas siswa-siswa SMAN 10 yang gemar berceloteh.

Radio dalam kehidupan sehari-hari digunakan sebagai sarana penyampai informasi. Banyak informasi kita dapatkan, dengan hanya mendengarkan radio, karena radio biasanya bukan hanya menyajikan lagu-lagu yang sedang hits saja, tetapi juga menyampaikan berbagai informasi penting yang berguna. Keuntungan lain dari radio adalah kita dapat mendapatkan informasi sambil melakukan aktifitas lain, bahkan sambil berpindah tempat. Hal ini berarti banyak waktu yang dapat kita gunakan untuk melakukan aktifitas lain sambil tetap memperoleh hiburan dan informasi penting.

OASE Radio, radionya SMAN 10, tentu saja tidak seperti radio yang biasa kita dengarkan di rumah atau di kendaraan, tetapi program radio sederhana menggunakan komputer yang ada di sekolah. Walau dengan peralatan yang sederhana, tetapi siswa yang terlibat dalam OASE Radio seperti Enno Karista,  tetap semangat menyiarkan berbagai informasi ke seluruh siswa SMAN 10.

Bukan hanya Enno Karista, siswa kelas XI IPS 2, yang suka berceloteh di radionya SMAN 10, ada juga beberapa siswa lain, diantaranya …… mereka mengaku senang sekali dengan adanya OASE radio karena dapat berkomunikasi dengan semua teman di sekolah, baik teman satu angkatan maupun yang berbeda angkatan. “Selain itu, kami bisa dengarkan lagu yang kami sukai, kirim lagu, juga ikut memberikan informasi yang penting bagi teman-teman”, ujar Enno penuh semangat. “Selain itu, kami dapat kirim-kirim salam sama teman-teman dan juga dapat mewawancarai teman yang berprestasi dan guru. Itu sangat menyenangkan”, tambahnya
.
“Ini kegiatan yang sangat positif karena begitu kental dengan unsur mendidik. Selain mereka dapat meningkatkan kepercayaan diri, mereka juga dapat mengasah keterampilan berbicara. Ini penting karena pendidikan bukan hanya belajar pelajaran di kelas saja, tetapi juga belajar segala hal yang berguna untuk masa depan mereka” , ujar Waka Humas SMAN 10, Dra. Dian Apendiani, M.Pd.
Lebih lanjut Dian menegaskan bahwa program radio sekolah adalah salah satu program Humas SMAN 10. “Untuk menyebarkan berbagai informasi kepada siswa SMAN 10, maka agar lebih menarik dan sesuai dengan dunia mereka, kami mengadakan radio sekolah ini. Selain berisi lagu, kami selalu menyisipkan berbagai himbauan, misalnya tentang kesadaran untuk selalu memelihara kebersihan kelas, rajin belajar, atau himbauan untuk selalu menghormati guru” ujarnya menambahkan
.
Waka Kesiswaan, Jaka Sukarni,S.Pd., menyambut baik kreatifitas siswa melalui kegiatan siaran radio ini. Jaka mengatakan bahwa kreatifitas siswa perlu terus didukung oleh semua karena dengan jalan inilah siswa-siswa SMAN 10 dapat belajar lebih dan dapat membentuk karakter baik.

Galau di ujung senja

galau di ujung senja

kala sinar cahaya meredup...
lingkaran temaram penuhi diri
tercipta gulana
di saat senja??
bagaimana kunyalakan lagi

Entri Populer